Amanat
Agung secara jelas dituliskan oleh rasul Matius sesuai apa yang didengarnya dari Tuhan Yesus pada saat itu.
Pesan rohani ini disampaikan
oleh Tuhan Yesus sebelum
Dia naik ke sorga. Yesus
mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga
dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:18-20; bnd. Markus
16:14-20; Kisah Para Rasul 1:8).
Amanat
Agung merupakan kata yang tidak asing
dalam kehidupan kekristenan hingga hari ini. Mandat agung ini adalah perintah Kristus secara langsung kepada kesebelas murid-Nya pada waktu itu.
Tugas ini pun menjadi bagian penting bagi setiap orang Kristen di segala
bangsa yang melintasi segala budaya, etnis, suku, bahasa, dan ras di dunia ini. Menyampaikan berita sukacita kepada
semua manusia merupakan prioritas utama bagi orang Kristen dibandingkan tugas-tugas lainnya.
Tugas yang mulia ini seringkali menjadi beban bagi
orang Kristen. Mereka berpikir memberitakan Injil hanya tanggung jawab
segelintir orang saja. Memberitakan Injil menjadi tugas pemimpin rohani saja seperti pendeta,
penginjil, misionaris, dan beberapa orang Kristen yang memiliki kerinduan untuk terlibat dalam pelayanan ini. Secara jelas tugas memberitakan Injil bukan hanya ditujukan kepada pemimpin rohani semata, tetapi
melampaui umur, kedudukan, jenis kelamin, miskin atau kaya. Amanat Agung
menjadi tanggung jawab seluruh orang Kristen di seluruh dunia termasuk orang Kristen di Indonesia. Untuk lebih
mengerti makna tugas mulia ini maka beberapa pokok penting diuraikan di bawah
ini.
A.
Yesus Berkuasa Atas Sorga dan Bumi
Dasar Tuhan Yesus memerintahkan
murid-murid-Nya dan seluruh orang Kristen untuk memberitakan Injil yaitu karena Dia berkuasa atas sorga dan bumi ini. Tidak ada seorang pun manusia yang berani mengatakan bahwa sorga dan
bumi menjadi kekuasaannya. Hanya Yesus sendiri yang berhak mengatakannya karena Dialah pemilik sorga dan
seluruh yang ada di dunia ini. Dengan kekuasaan itu pulalah, Dia tidak ingin manusia
di dunia binasa karena dosa mereka. Dia menyelamatkan setiap manusia sesuai
tugas yang diberikan oleh Allah Bapa kepada-Nya.
Tuhan Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati. Walaupun Yesus adalah manusia sejati, tetapi Dia tidak pernah berbuat dosa. Manusia seluruhnya dikandung dari dosa, lahir dari dosa,
jatuh dalam dosa, dan bahkan hidup dalam dosa sehingga dunia semakin rusak. Oleh karena itu, Brotosudarmo (2008:60)
menyatakan bahwa itulah sebabnya orang Kristen memberitakan Injil Yesus
Kristus. Tuhan Allah telah mengutus Firman-Nya ke dunia yang rusak karena dosa,
maka para rasul dan semua orang Kristen tersebut wajib memberitakan Injil. Memberitakan
Injil berarti memberitakan berita kabar baik, berita sukacita, dan berita
keselamatan yang datang dari Yesus sendiri kepada seluruh umat manusia.
Ketika Tuhan Yesus berkata: “KepadaKu
telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” menunjukkan bahwa Allah
Bapa, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal) merupakan satu kesatuan
yang utuh dalam menjalankan tugas penyelamatan umat manusia yang berdosa dan dunia secara keseluruhan. Apa yang menjadi kehendak Allah Bapa
dan Roh Kudus juga menjadi kehendak Yesus Kristus. Sorga dan bumi adalah milik Yesus
Kristus, sedangkan manusia
hanya sebagai pribadi yang menumpang sementara di dunia ini. Hal inilah yang membedakan Yesus Kristus dengan manusia pada umumnya.
Perkataan Yesus di atas bukan berarti
sorga dan bumi akan menjadi atau baru menjadi milik-Nya, melainkan telah menjadi
milik-Nya
sebelum manusia ada di dunia ini. Segala yang ada di sorga dan bumi
ini berada di bawah kuasa, pemerintahan, pemeliharaan, dan perlindungan-Nya.
Gunung, lembah, angin, laut, dan segala musim berada di dalam pengawasan-Nya. Semua
manusia harus hidup setia sesuai petunjuk dan perintah-Nya. Manusia yang tidak
setia dan taat atas perintah-Nya akan menerima hukuman berdasarkan keadilan-Nya.
Yesus ingin agar semua manusia tidak ada satu pun tersesat dan binasa oleh
karena penghukuman-Nya.
B.
Semua Bangsa Murid Yesus
Perintah untuk menjadikan semua
bangsa murid Yesus merupakan tugas setiap orang yang sudah percaya dan beriman
kepada-Nya. Alangkah ironisnya jika seseorang yang belum menerima Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamat-Nya dapat membawa orang lain untuk percaya kepada Dia.
Bagaimana mungkin seorang Kristen memberitakan Injil kepada orang lain
sementara pribadinya belum merasakan sukacita Injil itu sendiri? Berita Injil
adalah berita sukacita. Setelah merasakan dan menikmati karya Injil itu sendiri
maka tugas selanjutnya adalah membagikan sukacita itu kepada orang lain.
Tugas menjadikan semua bangsa murid
Yesus bukanlah pekerjaan yang mudah melainkan sangat sulit. Kesulitan utama
karena akan berhadapan dengan berbagai agama, etika, budaya, adat, etnis, suku,
pemerintah, dan sebagainya. Hal inipun kembali ditegaskan oleh Brotosudarmo (2008:60)
bahwa perkembangan penyebaran gereja dan Injil khususnya bukannya tanpa
hambatan. Namun pada prinsipnya, hambatan itu menjadikan gereja semakin
bertumbuh. Hambatan serta segala rintangan menjadi sarana yang dipakai oleh
Tuhan dalam memberitakan Injil sehingga semua bangsa menjadi murid-Nya. Gereja
semakin ditindas dan dibabat, justru akan semakin merabat dan berkembang ke
seluruh dunia.
Ketika diperhadapkan pada tugas yang
sangat sulit dan mulia ini, apakah kita harus
mundur lalu meninggalkan Tuhan Yesus?
Harapan Yesus bukanlah perkara mudah dan sulitnya, melainkan Dia
menuntut sikap kita sebagai murid-murid-Nya untuk taat melakukannya. Tuhan
Yesus mengetahui bahwa kita mampu melakukan tugas mulia ini sebagai rekan dan
sahabat-Nya. Dia memerintahkan kita untuk memberitakan Injil-Nya karena diberi
kuasa. Jangan pernah kita takut memberitakan Injil kepada semua orang. Injil
bukan agama melainkan berita tentang masa depan kita bersama Tuhan dan masa
depan dunia ini tentunya.
Setiap orang Kristen yang mampu melakukan
tugas ini bukan karena hebat dan kuatnya dalam memberitakan Injil. Segala hal
yang mampu kita lakukan karena anugerah dan kuasa dari Tuhan. Tanpa kuasa dari
Yesus orang Kristen tidak akan memiliki kemampuan untuk menjadikan semua bangsa
murid-Nya. Menjadi murid berarti setiap orang yang sudah mendengar Injil,
menerima Yesus sebagai juruselamatnya, dan hidup dalam kebenaran Allah. Injil
adalah kabar baik yang harus disampaikan kepada seluruh umat manusia demi
keselamatan kekalnya.
Yesus sebagai juruselamat manusia
menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya jalan menuju sorga. Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”
(Yohanes 14:6). Jalan keselamatan dan tercepat hanya dapat ditemukan di dalam
Yesus Kristus. Tanpa Yesus tidak ada keselamatan kekal dan tidak ada yang bisa
masuk sorga.
Perintah Tuhan Yesus untuk
memberitakan Injil kepada semua manusia menunjukkan sebuah bentuk keprihatinan
serta perwujudan belas kasihan-Nya pada manusia yang sudah jatuh dan hidup
dalam dosa. Belas kasihan-Nya ini mengisyaratkan bahwa Dia tidak ingin seorang
pun manusia tersesat, hidup dalam dosa, kemudian masuk ke dalam neraka kekal.
Dia merelakan diri-Nya disalibkan untuk menggantikan setiap umat-Nya yang
seharusnya dihukum dan disalib. Akhir dari perjalanan salib ini Dia
menganugerahkan keselamatan kekal yang tidak bisa diberikan oleh siapa pun di
dunia ini.
Setiap orang yang
menjadi murid Yesus merupakan pribadi-pribadi yang dikasihi serta menerima
anugerah Allah. Mereka semua adalah pribadi yang berharga di hadapan Tuhan. Oleh
sebab itu, jangan pernah menolak panggilan Allah melalui Injil yang
didengarnya. Allah memakai sesama kita untuk
menyampaikan berita keselamatan dari Yesus Kristus. Allah mau agar semua
manusia beroleh keselamatan dari-Nya.
C.
Membaptiskan Semua Bangsa
Istilah agama Kristen secara khusus
baru muncul sesudah kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian-Nya. Orang Kristen
pertama terwujud melalui pelayanan khotbah para rasul di serambi Salomo sesudah
Yesus naik ke sorga. Lebih tepatnya peristiwa itu pada hari Pentakosta. Tuhan Yesus
sendiri tidak pernah mendirikan agama Kristen. Akan tetapi, dalam
pengajaran-Nya berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun
yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Seseorang tidak
dapat menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya kecuali bila Roh
Kudus bekerja dalam pribadinya. Tidak ada seorang pun yang mampu berkata dan mengaku
Yesus adalah Tuhan selain oleh karya Roh Kudus (1 Korintus 12:3).
Dari ayat Firman Tuhan di atas
secara tersirat memberikan petunjuk bahwa dasar pengakuan seseorang menjadi Kristen
yaitu beriman kepada Yesus Kristus melalui karya Roh Kudus. Beriman berarti
mengikuti cara hidup Kristus serta segala konsekuensi keimannya. Jadi, orang
yang beragama Kristen berarti pribadi-pribadi yang mengikuti Kristus
berdasarkan panggilan dan pemilihan Allah atas hidup mereka. Setiap orang Kristen
harus diperbarui oleh Kristus, sehingga ketaatan dan kekudusan hidupnya menjadi
ukuran sebagai orang Kristen sejati.
Salah satu bentuk ketaatan yang
dikehendaki oleh Kristus adalah menerima bapitisan kudus. Tugas membaptis
adalah perintah Yesus kepada murid-murid-Nya dan semua orang Kristen. Semua
bangsa berarti semua orang Kristen yang belum dibaptis. Baptisan hanya dapat
dilakukan sekali seumur hidup yang dimeteraikan dalam nama Allah Bapa, Yesus
Kristus, dan Roh Kudus. Apakah baptisan itu pada saat bayi atau dewasa? Apakah
baptisan itu dilakukan secara percik atau selam? Apakah baptisan itu dengan air
yang banyak atau pun sedikit? Yang paling penting adalah baptisan dilakukan
hanya untuk kemuliaan Allah dan sebagai simbol persekutuan di dalam Dia.
Perintah untuk menerima baptisan
ditujukan kepada setiap orang yang sudah Kristen maupun yang belum Kristen. Yang
dimaksud orang yang sudah Kristen yaitu seseorang yang lahir dan besar dari
keluarga Kristen tetapi belum pernah menerima baptisan. Sementara orang yang
belum Kristen berarti setiap orang yang berasal dari agama dan kepercayaan lain
yang dengan sukarela serta penuh sukacita bersedia menjadi orang Kristen. Hal
ini ditandai melalui pengajaran kekristenan serta menerima sakramen baptisan
kudus.
Proses pembaptisan seseorang untuk
menjadi murid Yesus terus menjadi bahan perdebatan sampai saat ini. Ada yang
menekankan pelaksanaan baptisan secara percik, dan ada pula yang hanya mengakui
pembaptisan secara selam. Dilihat dari konteks perintah Tuhan Yesus kepada
murid-murid-Nya untuk membaptis semua orang di dunia ini sesungguhnya tidak
dijelaskan tentang sebuah cara pelaksanaan baptisan percik atau pun baptisan
selam. Yang paling penting diingat bahwa baptisan itu menggunakan air serta
didasari atas nama Allah Tritunggal yaitu Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh
Kudus. Untuk lebih teratur baptisan harus dipimpin dan dilakukan oleh seorang
pendeta. Seseorang yang belum ditahbiskan menjadi pendeta hendaknya menahan
diri dalam tugas sakral ini.
Membaptis seseorang menjadi keluarga
Kristen merupakan sebuah tanda persekutuan di dalam Yesus Kristus. Yesus sendiri
menerima baptisan menggunakan air yang ada di sungai Yordan. Injil Markus menyatakan:
“Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis
di sungai Yordan oleh Yohanes” (Markus1:9). Jadi, ketika membaptis seseorang
yang baru percaya kepada Yesus tidak diperbolehkan menggunakan media lain
selain air.
Secara implisit air merupakan simbol
bagi seseorang untuk membersihkan diri dari dosanya serta disatukan di dalam
Yesus Kristus. Memang air baptisan tidak membersihan dosa manusia secara nyata.
Dikatakan tanda atau simbol berarti ada pribadi yang sesungguhnya yang mampu
membersihkan dosa dan menyelamatkan umat manusia yaitu Yesus Kristus. Perwujudan
karya keselamatan ini terjadi melalui karya pengorbanan Tuhan Yesus di atas
kayu salib sampai pada kebangkitan-Nya. Dibaptis oleh darah suci Yesus Kristus.
Peristiwa pembaptisan yang diterima
oleh Tuhan Yesus tidak menunjukkan bahwa Dia orang berdosa. Justru melalui
peristiwa itu Dia memberi teladan tentang betapa pentingnya makna baptisan
tersebut bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Baptisan yang diterima oleh
orang Kristen hingga saat ini tidak bertujuan menjamin seseorang selamat atau
masuk sorga. Baptisan yang sejati dan menyelamatkan adalah baptisan darah Yesus
Kristus (Roma 6:4; Kolose 2:12). Setiap orang yang percaya kepada Kristus mulai
dari pengajaran-Nya, penderitaan-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan
kedatangan-Nya kedua kali, serta melakukan seluruh kehendak-Nya maka itulah
yang menjadi penghuni sorga. Hal inilah yang menjadi dasar dan jaminan keselamatan
kekal dari-Nya.
Keselamatan seseorang tentu tidak
memberi legalitas atas keselamatan orang lain. Keyakinan seseorang tidak
memberi jaminan atas keselamatan seluruh anggota keluarganya. Keselamatan itu
menjadi hak istimewa Allah sesuai kehendak-Nya. Karya keselamatan dari Yesus
Kristus menjadi tanggung jawab pribadi secara langsung. Jadi, keselamatan hanya
berlaku secara pribadi dan bukan kolektif. Anugerah keselamatan dari Allah harus
dipertanggung jawabkan lewat buah-buah iman.
Setiap orang yang sudah dibaptis dan
menerima keselamatan dari Tuhan dikumpulkan menjadi satu persekutuan yang
disebut gereja. Melalui persekutuan inilah setiap orang dibimbing untuk taat
kepada Tuhan. Seluruh kehidupannya harus dapat mencerminkan kehidupan baru di
dalam Kristus. Dalam tahapan proses pembelajaran seperti ini maka setiap orang
akan terus diubahkan oleh Allah hari demi hari oleh kuasa Roh Kudus sampai pada
kesempurnaan hidup. Dengan demikian, seiring perjalanan waktu maka setiap orang
Kristen memiliki keyakinan yang kokoh bahwa pribadinya ada bersama Kristus
serta pasti memperoleh anugerah keselamatan kekal dari-Nya.
D.
Pelayanan Misionaris
Agama Kristen pada dasarnya adalah agama sejarah. Landasan
utama berdirinya agama Kristen terletak pada peristiwa sejarah kelahiran Tuhan
Yesus, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, bahkan sampai pada kedatangan-Nya yang
kedua. Dalam perjalanan
sejarah inilah agama Kristen telah
tumbuh dalam berbagai bentuk yang mengagumkan. Melalui Dengan melihat sejarah pertumbuhan inilah maka Smith
(2008:355) dengan berani mengatakan bahwa semua agama yang dianut oleh manusia, agama Kristenlah yang
paling luas tersebar di muka bumi ini, dan yang paling banyak penganutnya.
Banyaknya penganut agama Kristen karena kehendak Tuhan Yesus. Melalui pelayanan para misionaris dari berbagai negara di dunia patut diperhitungkan. Misionaris adalah orang-orang yang memberitakan Injil kepada
semua orang di segala bangsa, budaya, bahasa, etnis, dan agama dengan sukarela atau pun diutus
oleh organisasi kekristenan tertentu. Keberadaan agama Kristen yang ada di Indonesia merupakan hasil
pelayanan para misionaris yang datang dari berbagai aliran, suku, bahasa, budaya, dan bangsa di seluruh dunia seperti
Jerman, Belanda, Amerika, Cina, Korea Selatan, dan sebagainya. Hal ini ditegaskan oleh Makkelo (2010:178) bahwa
denominasi dalam Kristen berkembang pesat, seiring dengan masuknya pekabar
Injil dari berbagai aliran.
Para misionaris yang datang ke Indonesia tentunya tidak
terlepas dari pengaruh bangsa yang penduduknya sebagian besar beragama Kristen.
Berdasarkan penelitian Karel A.
Steenbrink (1987:86) dalam bukunya yang berjudul
“Perkembangan Teologi Dalam Dunia Kristen Modern” menegaskan sekitar tahun 1950-an pengaruh dari organisasi Kristen yang berpusat
di Amerika Serikat makin lama makin menonjol dan terus berkembang di Indonesia. Jadi, adanya berbagai aliran dan denominasi gereja baru di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pelayanan para misionaris dari
Amerika, Eropa, Australia, dan Asia.
Kedatangan orang Amerika sangat berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan kekristenan di seluruh dunia. Memang pada awalnya orang Amerika tidak begitu tertarik dengan keagamaan namun
dalam beberapa puluh tahun terakhir justru mereka menjadi motor penggerak pertumbuhan kekristenan dari
berbagai aliran dan denominasi gereja. Mereka sering mengadakan kegiatan
Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR). Hal ini memungkinkan karena secara ekonomi, sosial, dan politik negara Amerika mampu mensponsori para misionaris untuk melakukan pelayanan misi. Ada organisasi yang sifatnya keagamaan, tetapi ada juga non-keagamaan seperti perusahaan.
Selain faktor di atas, agama Kristen di Indonesia berkembang sebagai hasil dari peninggalan para penjajah.
Menurut Agus (2006:283) bahwa ada
tiga tujuan para penjajah datang ke Indonesia (Asia), yaitu untuk mendapatkan gold (emas), glory (kekayaan untuk meraih kemenangan), dan gospel (memberitakan Injil), atau sering disebut “3 G”. Salah satu
dari ketiga tujuan tersebut yaitu memberitakan
Injil (gospel) di seluruh daerah
jajahannya. Tidak
heran jika agama Kristen sering diidentikkan oleh sekelompok masyarakat
Indonesia sebagai agama penjajah.
Agama Kristen merupakan “benih”
yang berasal dari luar negeri yang kemudian “tumbuh subur” di Indonesia. Agama
Kristen juga bisa dikatakan seumpama “barang impor” dari negara-negera Eropa, Amerika, Australia, Belanda, Cina, Korea Selatan, dan sebagainya. Demikian juga agama lain yang sudah ada di Indonesia saat ini seperti
Islam, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu merupakan “pruduk” yang berasal
dari luar negeri.
Sebagai “pruduk” dari luar sudah barang tentu memiliki
warna dan ciri khas yang berbeda dengan budaya Indonesia. Akibatnya, hasilnya
pun melahirkan berbagai macam aliran
dan denominasi gereja yang berbeda pula. Keanekaragaman
aliran dan denominasi gereja ini telah menimbulkan pertentangan dan
persengketaan sepanjang
sejarah perjalanan gereja. Dampak dari semua ini membuat
gereja mengalami perpecahan yang besar sehingga saling tidak percaya satu
dengan lainnya.
Cikal bakal perpecahan dalam gereja telah dimulai sebelum agama
Kristen masuk di Indonesia. Dalam catatan Smith
(2008:392) perpecahan awal ini dimulai:
Pada tahun 1054 untuk pertama kalinya tampak perpecahan yang
besar, antara Gereja Ortodoks Timur di Timur dan Gereja Roma Katolik di
Barat. Alasan perpecahan tersebut cukup
rumit, baik dari segi geografis, budaya, bahasa politik, dan agama itu
sendiri...perpecahan besar yang terjadi dalam Gereja Barat dengan Protestan
Reformis dalam abad ke-16. Agama Protestan, terdiri dari empat aliran yaitu
Baptis, Lutheran, Calvinis, dan Anglikan. Masing-masing aliran ini masih lagi
dibagi menjadi lebih dari 250 sekte di Amerika Serikat saja.
Terjadinya perpecahan
gereja di luar negeri berdampak negatif perkembangan agama Kristen di Indonesia yang dibawa oleh para misionaris tersebut. Perpecahan ini dapat diibaratkan seperti sebatang pohon yang
pada akarnya terjadi kerusakan maka batang dan daunnya juga mengalami kerusakan
yang sama. Pelayanan para misionaris yang berbeda paham dan aliran gereja
menyebabkan penambahan
daftar panjang perpecahan gereja. Mulai dari reformasi Luther hingga
sampai hari ini.
Apabila
kita menghitung secara keseluruhan maka aliran
dan denominasi gereja yang sudah terdaftar di pemerintah sudah mencapai puluhan aliran dan ribuan denominasi gereja. Tentu masih banyak jumlah aliran dan denominasi gereja yang
belum terdaftar. Lebih mengherankan lagi ada beberapa gereja belum termasuk
anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Padahal lembaga ini
sebagai lembaga gereja tertua di Indonesia.
Umumnya para
misionaris yang diutus tentu menerima perintah
dari organisasi atau aliran gereja yang mengutusnya. Mereka menjalankan tugas Amanat
Agung dari Tuhan Yesus dengan konsep dan tujuan organisasi tersebut. Metode dan
konsep penginjilan yang diterapkan pun kadangkala bertentangan dengan budaya
serta norma sosial masyarakat setempat. Kehadiran mereka kadang ditentang oleh
pemerintah dan masyarakat, termasuk orang Kristen yang sudah menjadi anggota
salah satu denominasi gereja. Mereka datang bukan membawa berita Injil
melainkan budaya, kepentingan pribadi, dan kepentingan aliran mereka
masing-masing.
Biasanya misionaris yang datang ke Indonesia tidak memiliki
keahlian dalam bidang teologi agama Kristen. Dalam aliran Baptis misalnya mendorong kaum awam untuk berkhotbah tanpa menempuh
pendidikan secara formal kemudian diutus menjadi misionaris. Hal ini ditegaskan oleh Marsden
(1996:41) bahwa penyimpangan radikal
dari sebagian besar tradisi seperti ini membuat aliran Baptis menyebar dengan cepat,
karena misionaris-misionaris Baptis, yang seringkali pendidikannya tidak
seberapa, sambil mengkhotbahkan pesan mereka yang lebih egaliter.
Fakta lain juga ditambahkan oleh Steenbrink (1987:86-88) yang menyatakan:
“Orang Amerika memang maju di bidang teknologi ke tingkat
yang paling tinggi, tetapi di bidang keagamaan pada umumnya agak konservatif,
cenderung menerima naskah kitab suci secara harfiah...Dari dunia pemikiran seperti itu
muncul gereja atau aliran seperti Gereja Adven (Adventus dalam bahasa Latin berarti: Kedatangan, yaitu kedatangan
kedua Yesus Kristus) dan kelompok studi, yang juga menjual majalah-majalah dan
publikasinya, Saksi Yehova (yang akhirnya dilarang di Indonesia). Gerakan-gerakan
ini biasanya dipelopori oleh orang “awam”, bukan dari kalangan sarjana teologi
atau pimpinan gereja. Demikianlah, antara 1909-1915, dua orang bersaudara,
Lyman dan Milton Stewart (yang kaya sekali melalui perusahaan minyaknya),
menjadi motor untuk gerakan fundamentalis itu.”
Dengan penuh kerendahan hati kita pun
harus jujur mengakui bahwa akibat pengaruh
pelayanan para misionarislah adanya aliran dan denominasi gereja baru di Indonesia. Pengetahuan ilmu teologi yang kurang memadai secara otomatis menimbulkan
kesalahan dalam menafsirkan dan mengaplikasikan berita sukacita dari Yesus Kristus. Lebih
para lagi jika setiap misionaris memiliki paham baru serta kepentingan
tersendiri yang dibungkus dengan tugas pemberitaan Injil tersebut.
Suatu realita yang pernah terjadi pada jaman Hindia Belanda dimana adanya pelarangan para misionaris datang ke Indonesia. Sikap ini
bertujuan mencegah perselisihan
antara para misionaris ataupun terhadap aliran dan denominasi gereja yang
sudah ada sebelumnya. Pembatasan ini terjadi sebagai akibat perbedaan teologis. Fenomena ini bukan hanya terjadi di
Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Misalnya, A.H. Francke (Kuhl, 1998:30) mengeluh pada tahun 1698 di
dalam sepucuk surat kepada seorang teman bahwa perselisihan-perselisihan
teologis di dalam gereja-gereja Protestan sudah menyerap begitu banyak tenaga,
usaha, dan mencegah pelaksanaan misi sedunia gereja-gereja Protestan. Namun
usaha pembatasan dan pencegahan ini tidak berlangsung lama.
Pengaruh
pelayanan para misionaris merupakan salah satu penyebab terjadinya
kontroversi dan
perpecahan dalam agama Kristen. Memang perlu diakui juga bahwa tidak semua
misionaris memiliki sikap negatif semacam itu. Justru pertumbuhan gereja
khususnya di Indonesia adalah berkat perjuangan para misionaris yang
bermotivasi tulus, ikhlas, rela berkorban, penuh dedikasi, dan tanpa merubah
kekristenan yang sudah ada. Untuk mewujudkan pelayanan para misionaris yang
maksimal dan bermanfaat bagi masyarakat hendaknya menghargai budaya, adat
istiadat, serta aliran dan denominasi gereja yang sudah ada sebelumnya.
E.
Amanat Agung Vs
Perpecahan Gereja
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan selama ini di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa alasan utama banyaknya
aliran dan denominasi gereja berkaitan dengan tugas Amanat Agung dari Tuhan
Yesus. Amanat Agung merupakan tugas semua orang Kristen. Oleh sebab itu, siapa
pun dan dengan cara apa pun dibenarkan untuk memenuhi tugas panggilan itu. Terlihat
sepintas semangat ini perlu mendapatkan apresiasi yang positif. Akan tetapi, semangat
memberitakan Injil dengan cara dan strategi yang bervariasi juga memungkinkan
timbulnya masalah-masalah baru dalam gereja yang berakibat negatif seperti saat
ini.
Apa yang terdeteksi selama ini
menunjukkan adanya aliran dan denominasi gereja yang selalu menganggap bahwa cara
beribadah dengan menggunakan alat musik piano dan sikap yang tenang lebih bagus
daripada gereja yang memakai full music
dan suasana gaduh dalam gereja. Begitu pun sebaliknya mengatakan bahwa cara
bergereja dengan sikap tenang merupakan gereja tradisional, sehingga tidak
relevan lagi pada era modern yang serba canggih. Mereka saling mengklaim gerejanya
lebih baik dari yang lain. Apalagi telah berhasil memberitakan Injil di daerah belum
pernah ada orang Kristennya, menganggap aliran dan denominasi gereja lain yang
sudah ada sebelumnya tidak penting lagi.
Pada konteks yang lain, mereka
melihat keberhasilan memberitakan Injil dengan adanya jumlah jemaat yang
banyak, gedung gereja besar, gereja yang berpengaruh di masyarakat, gerejanya
sudah lebih awal ada, alat musik yang lengkap, melakukan baptisan secara
berulang-ulang, baptisan roh, bahasa roh, berbagai mujizat dilakukan, aktif
dalam pelayanan sosial, dan sebagainya. Lebih ironisnya lagi, mereka saling mencuri
anggota jemaat lain dengan berbagai macam alasan pembenaran diri. Apakah model
dan konsep pemberitaan Injil seperti ini dibenarkan oleh Tuhan Yesus?
Kita harus akui bahwa setiap orang
Kristen memiliki karunia dan talentanya masing-masing. Setiap aliran dan
denominasi gereja memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Sesungguhnya
setiap talenta, karunia, kekurangan, dan kelebihan dari setiap aliran dan
denominasi gereja seharusnya bertujuan untuk membangun dan menyatukan gereja
Tuhan. Semakin banyak perpecahan dalam berbagai aliran dan denominasi telah
mengindikasikan gereja gagal membawa berita kedamaian di bumi ini. Mereka lebih
menonjolkan perbedaan dan kelebihannya masing-masing.
Tanpa mengurasi rasa hormat bahwa kita
semua harus jujur dan setuju bahwa gereja di Indonesia telah mengalami
perpecahan. Untuk meminimalkan perpecahan ini langkah awal yang harus dilakukan
yaitu setiap aliran dan denominasi gereja mulai bersatu dan saling membangun.
Kelebihan pribadi pemimpin gereja atau kelebihan dari setiap aliran dan
denominasi gereja yang satu menjadi kelebihan bagi gereja yang lain. Bagi
daerah yang sudah ada aliran dan denominasi gereja tidak perlu lagi membawa
aliran dan denominasi gereja baru.
Demi memajukan pelayanan di daerah
itu maka harus bergabung dengan gereja yang sudah ada. Kemampuan dan telenta
dalam memberitakan Injil kiranya diterapkan dalam gereja yang sudah ada tanpa
membuka aliran dan denominasi gereja baru. Demikian pula gereja yang sudah ada
harus membuka diri dan mengadopsi strategi pelayanan gerejawi yang sifatnya
positif dalam satu misi bersama yaitu memberitakan berita sukacita kepada semua
orang.
Para pemimpin gereja yang memiliki strategi
dalam memberitakan Injil serta talenta lainnya harus didiskusikan untuk
diterapkan dalam gereja yang sudah ada. Setiap gereja harus bisa terbuka
terhadap perubahan yang bertujuan positif. Memiliki etika yang baik dalam menerima
paham dari aliran dan denominasi gereja lain. Penerimaan ini tidak bertujuan mengubah
secara total model atau strategi pelayanan sebelumnya, tetapi adanya proses
pembelajaran terhadap organisasi gereja baru. Segala bentuk perubahan dapat
diterima sepanjang tidak bertentangan dengan Firman Allah.
Dasar utama yang penting untuk diperhatikan
dalam konteks ini yaitu Tuhan Yesus tidak pernah bertujuan atau memerintahkan membentuk
aliran dan denominasi gereja baru dalam rangka mewujudkan tugas Amanat
Agung-Nya. Tuhan Yesus hanya berdoa agar semua gereja-Nya tidak terus mengalami
perpecahan yang mengerikan. Dia berharap agar kesatuan dan persatuan dalam
gereja-Nya dapat diwujudkan sebelum Dia datang kembali. Melalui pelayanan para
hamba Tuhan dapat terus memuliakan nama-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar