Berbagai aliran gereja sudah berkembang di Indonesia.
Kehadiran aliran ini sebuah cerminan atas gereja-gereja yang ada di seluruh
dunia. Bertambahnya aliran gereja maka denominasi gereja pun ikut mengalami
peningkatan. Apakah pertambahan aliran dan denominasi gereja ini menunjukkan
peningkatan jumlah orang Kristen? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka
terlebih dahulu kita melihat sejumlah aliran gereja yang sudah ada dan berkembang di Indonesia sampai saat ini.
A. Aliran Lutheran
Cikal bakal agama Kristen Protestan tentu tidak
terlepas dari reformasi
Marthin Luther yang puncaknya tanggal 31 Oktober 1517. Kendati dia
lahir dari keluarga sederhana tanggal 10 Nopember 1483 di Eisleben, namun
semangatnya dalam memperbaharui sistem pelayanan gereja tidak pernah pudar. Reformasi
ini berawal di
Wittenberg-Jerman
pada saat Yohanes Tetzel menjual surat pengampunan dosa atas perintah Paus Leo
X di Roma. Reformasi yang dilakukannya tidak bertujuan merusak gereja,
melainkan untuk mengingatkan Paus agar kembali menerapkan praktek-praktek pelayanan gerejawi sesuai dengan Alkitab.
Dalam pergumulan dan perjuangan yang
cukup lama membuat Luther akhirnya dikeluarkan dari jabatannya sebagai imam di
GKR. Namun dia terus menyuarakan kebenaran yang diyakininya berdasarkan
Alkitab. Akibat reformasinya sebagian jemaat dari GKR memisahkan diri kemudian mengikutnya. Kehadiran Luther di
tengah-tengah mereka menjadi sumber inspirasi untuk membangun sebuah paradigma
baru. Para pengikut Luther pada akhirnya disebut aliran Lutheran.
Setelah peristiwa reformasi dan teristimewa ketika Luther
meninggal dunia tanggal 18 Februari 1546, maka agama Kristen Protestan terpecah-pecah
dalam berbagai aliran dan denominasi gereja sampai saat ini. Memang sebuah
pekerjaan yang sulit untuk menentukan secara pasti gereja yang beraliran
Lutheran secara murni. Walaupun demikian, setidaknya melalui The Lutheran World Federation (LWF) yang berdiri tahun 1947 dan Rheinische Missions Gesellschaft (RMG) yaitu lembaga pekabaran Injil yang
ditangani oleh aliran Lutheran dan Calvinis dapat memberikan petunjuk ciri khas
aliran ini. Beberapa gereja yang menyebut dirinya beraliran Lutheran sekaligus
Calvinis, antara lain: HKBP, GKPS, GPKB, GKPI, HKI, GKLI, GKPA, GKPM, BNKP,
ONKP, AMIN, dan sebagainya.
Beberapa pokok ajaran gereja yang beraliran Lutheran secara
umum, yaitu:
a.
Berdasarkan
pada sola scriptura (hanya oleh Firman
Allah), sola gratia (hanya oleh Anugerah),
dan sola fide (hanya oleh Iman).
b.
Sakramen
terdiri atas dua bagian yaitu Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Baptisan
kudus setara dengan sunat. Baptisan dilakukan secara percik bagi anak-anak atau
orang dewasa yang baru percaya. Perjamuan kudus disebut konsubstansiasi yaitu pada
saat makan roti dan minum anggur maka hakikat tubuh dan darah Kristus hadir dalam
diri kita secara nyata.
c.
Jabatan gereja
ditetapkan oleh Allah sebagai pelaksana fungsi pelayanan Firman dan Sakramen.
Dalam hal ini pendeta melaksanakan tugas pengajaran dan penggembalaan yang
dibantu oleh penatua, sedangkan diaken untuk pelayanan sosial.
d.
Suasana ibadah
biasanya dilengkapi dengan lilin dan salib di altar. Khotbah menjadi pusat
ibadah. Nyanyian dan musik pada umumnya memakai musik Gregorian dan Kidung
Jemaat. Namun saat ini puji-pujian dalam gereja ini sudah banyak mengalami
perubahan dan percampuran dengan musik kontemporer lainnya.
B. Aliran Calvinis
Aliran Calvinis dipelopori oleh Johannes Calvin
(Jean Cauvin) yang lahir di
Noyon-Perancis Utara tanggal 10 Juli 1509. Gerakan reformasi diawali di
Perancis tahun 1534 kendati dia
sendiri sebagai anggota GKR. Pengaruh Calvin
terlihat dalam perdebatan konfesional gerejawi sepanjang abad ke-17, sehingga
tradisi ini kemudian dikenal sebagai Calvinisme. Calvinisme adalah sebuah
sistem teologis dengan pendekatan kepada kehidupan orang Kristen yang
menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu.
Aliran
Calvinis mulai berkembang
melalui penginjilan para misionaris abad ke-19 dan 20 di Jerman, Belanda,
Amerika, Korea, Negeria, dan termasuk Indonesia yang sering disebut gereja Reformed. Memang jarang kita menemukan gereja dengan nama Calvinis, tetapi
beberapa gereja yang bercirikan Calvinisme atau dipengaruhi oleh paham Calvin telah
berkembang di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mengetahui secara pasti aliran
ini harus didasarkan pada pengakuan pemimpin gereja tersebut. Umumnya gereja
ini tidak menggunakan nama Calvin dan juga tidak menganut paham Calvin secara
murni.
Pokok ajaran Calvin tidak jauh berbeda dengan Luther. Kedua tokoh gereja
ini saling melengkapi satu sama lainnya. Mereka memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Sebagian besar Calvin melengkapi dan memperbaharui
ajaran Luther yang masih dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan biarawan di
dalam Gereja Katolik Roma pada waktu itu. Pokok ajarannya dapat ditelusuri
dalam buku Institutio, yaitu:
1.
Alkitab adalah
Firman Allah yang satu-satunya sumber ajaran gereja yang benar (sola scriptura).
2.
Keselamatan
diperoleh hanya karena kasih karunia Allah (sola
gratia) melalui iman kepada Yesus Kristus (sola fide).
3.
Predestinasi
adalah karya pemilihan Allah atas orang-orang berdosa berdasarkan anugerah-Nya
yang tak terbatas.
4.
Hukum Taurat
memiliki 3 fungsi utama, yaitu: menyatakan kehendak Allah, menyadarkan manusia
atas dosanya, dan pedoman bagi manusia yang sudah dibenarkan untuk mengatur
kehidupannya agar sesuai kehendak Allah.
5.
Gereja adalah
persekutuan orang yang sudah diselamatkan oleh kasih karunia Allah di dalam
Yesus Kristus, sehingga pemberitaan Firman Allah dan pelayanan sakramen harus
dilakukan dengan benar.
6.
Jabatan gereja
terdiri atas empat, yaitu: pendeta (gembala), guru, penatua, dan diaken.
7.
Sakramen
baptisan kudus dilayankan dalam ibadah jemaat secara percik. Baptisan sebagai
simbol keikutsertaan seseorang dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Baptisan
tidak menyelamatkan serta bukan syarat untuk memperoleh keselamatan.
8.
Sakramen
perjamuan kudus merupakan tanda yang ditetapkan oleh Allah untuk mengingat karya
pengorbanan Kristus di kayu salib. Pada saat perjamuan kudus roti dan anggur
tidak berubah bentuknya, tetapi sebagai simbol dari tubuh dan darah Yesus
Kristus.
9.
Puji-pujian yang
dipakai di gereja Calvinis adalah nyanyian Mazmur. Mazmur dipahami sebagai
nyanyian yang paling layak untuk memuji Allah karena terdapat dalam Alkitab dan
ciptaan Roh Kudus yang ditulis oleh para hamba-hamba-Nya.
Secara singkat pokok ajaran Calvin yang paling populer yaitu doktrin
rahmat sebagaimana diuraikan Baan
(2009) dengan singkatan
TULIP: Total depravity
yaitu kerusakan total, Unconditional
election yaitu pemilihan tanpa
syarat, Limited atonement
yaitu penebusan terbatas, Irresistible
grace yaitu anugerah yang tidak dapat ditolak, dan Perseverance of the saints yaitu
ketekunan orang-orang kudus.
Dengan melihat sejumlah pokok ajaran di atas maka gereja yang beraliran
Calvinis yaitu: GKPB, GPIB, GMIT, GKI, GPM, dan sebagainya. Kendati belum
sepenuhnya menerapkan paham Calvin dalam setiap aspek pelayanannya. Berdasarkan
pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar gereja Calvinis justru masih
mengadopsi ajaran dari gereja lain, yang sebelumnya sangat bertentangan dengan
Calvin itu sendiri.
C.
Aliran
Anglican
Aliran
Anglican atau Church of England merupakan
salah satu bukti bahwa orang
Inggris pernah menjajah suatu wilayah tertentu di dunia. Perkembangan aliran
ini terasa pada saat kepemimpinan raja Henry VIII (1509-1547) di Inggris. Dia memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma sekitar tahun 1533 karena konflik dengan Paus Clemens di Roma.
Raja Henry meminta untuk bercerai dengan istrinya
Catharina dari Aragon yaitu putri Spanyol dengan alasan belum memiliki anak
laki-laki dari pernikahannya. Kemudian meminta kepada Paus agar diijinkan untuk
menikahi pembantunya yang bernama Anne Boleyn. Tentu permintaan ini tidak
dikabulkan oleh Paus karena bertentangan dengan Alkitab.
Dalam pendangan Aritonang (2000:86) menegaskan ada
tiga faktor mendasar yang memicu pemisahan dari Gereja Katolik Roma ke aliran Anglican,
yaitu: pertama, hasrat
raja untuk mendapatkan anak laki-laki untuk mewarisi tahta; kedua, tumbuhnya perasaan
nasionalisme dan anti-klerikalisme; ketiga, meluasnya
gagasan-gagasan Luther. Dari
penegaskan ini membuktikan bahwa akibat pengaruh kekuasaan, kepentingan
pribadi, dan tujuan popularitas menjadi pemicu perpecahan gereja.
Aliran Anglican di Indonesia secara resmi berdiri pada tahun 1829
dengan nama British Protestant Community
at Jakarta di Jalan Arif Rahman Hakim sekitar tugu Pak Tani Jakarta Pusat. Hal ini
terwujud melalui London Missionary
Society (LMS)
yang mengutus Pdt. W.H. Medhurst pada Januari 1822 yang berlatar belakang gereja Presbyterian. Selanjutnya Pdt. J.R. Denyes
dari Gereja Methodist Episcopal Amerika pada tahun 1905-1907 ikut mengambil bagian dalam memajukan aliran ini,
dan sebagainya.
Selain di Jakarta ternyata aliran ini berkembang di Surabaya yang
sebagian besar anggotanya orang Inggris. Kehadirannya diawali pada sebuah
yayasan The Congregation of British
Protestans of East Java pada tahun 1928. Dengan kegigihan dan perjuangan
jemaat maka yayasan ini berhasil membangun gedung gereja pada bulan Mei 1931
yang bernama Christ Church. Pada
dasarnya aliran ini sangat kompromi dengan berbagai aliran dan denominasi gereja
yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
Untuk bisa membedakan aliran ini maka perlu kita melihat beberapa pokok
ajaran yang menjadi ciri khasnya, yaitu:
1.
Otoritas di
dalam gereja terdiri dari 3 unsur, yakni: Alkitab, tradisi, dan akal budi.
2.
Inkarnasi
yaitu Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus. Inkarnasi ini dipahami
dalam 3 pokok penting, yaitu: pertama, sekalipun manusia tidak berdosa, namun
Allah tetap berinkarnasi di dalam Yesus Kristus; kedua, dosa ada karena
pemberontakan manusia kepada Allah; ketiga, gereja harus terbuka terhadap seluruh
pengalaman karena yang baik dan jahat menjadi sumber pemahaman diri kita di
hadapan Allah.
3.
Sakramen
terdiri atas perjamuan kudus dan baptisan kudus. Selain itu upacara gerejawi
yang mengandung nilai sakramental (bukan sakramen) yakni peneguhan sidi,
pengakuan dosa, ucapara penahbisan, upacara pernikahan, dan perminyakan orang
sakit. Anak-anak yang meninggal sebelum dibaptis tidak mendapat hukuman dari
Allah. Baptisan dilakukan secara percik ataupun selam serta menambahkan nama
baptis di belakang namanya yang disaksikan oleh bapa dan ibu seraninya.
D. Aliran Mennonit
Aliran Mennonit dimulai oleh seorang Pastor dari Gereja Katolik Roma yang bernama Menno Simons. Dia dilahirkan di kota Witmarsum
di Friesland Belanda tahun 1496 dan meninggal pada 31 Januari 1561. Aliran ini
dapat
digolongkan dalam kelompok gereja Anabaptis yang menolak baptisan anak-anak dan hanya mengakui baptisan percik dewasa. Perlu disadari bahwa aliran ini sebagai perpecahan dari aliran gereja
Anabaptis yang ada di Swiss dan Jerman.
Berkembangnya aliran Menonit adalah jawaban atas kekecewaan para pengikutnya
terhadap reformasi yang telah dilakukan oleh Luther di Jerman, Calvin di Perancis, dan Zwingli di Swiss yang kurang
radikal. Ditambah lagi sikap Jan Matthijs dan pengikutnya dari aliran Anabaptis
di Belanda yang memaksa masyarakat untuk menjadi pengikutnya dengan cara
kekerasan serta ancaman senjata pada saat itu. Jemaat yang tidak setuju dengan
paham Anabaptis keluar menjadi pengikut Menonit. Sepintas terlihat aliran ini
sebuah gerakan reformasi yang menuju demokrasi radikal. Mereka
menganut garis moderat yang anti terhadap kekerasan seperti
perang, perceraian, poligami, perkelahian, dan sebagainya.
Pemahaman mereka tentang demokrasi radikal yaitu setiap insan manusia
tidak diperkenankan menyakiti, menghakimi, dan menganggap diri
lebih baik dari insan yang lain di dunia. Bisa dikatakan aliran ini
lebih menekankan pada persamaan hak di hadapan Tuhan. Setiap anggota jemaatnya tidak diperbolehkan menjadi pejabat
kemiliteran, kepolisian, hakim, atau bidang-bidang
lain yang bernuansa kekerasan dan penindasan. Anggotanya selalu
dianjurkan untuk berbuat baik dengan berpedoman pada khotbah Tuhan Yesus yaitu
“Khotbah di Bukit”.
Dalam menjalankan ajarannya selalu menggunakan demokrasi radikal. Menurut Mouffe (1984:143) sebagai pewaris
Althusser serta membandingkannya dengan teori hegemoni Gramsci menjelaskan bahwa demokrasi radikal
bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat di mana semua orang, apa pun jenis
kelaminnya, ras, dan posisi ekonomis, akan berada pada situasi efektif kesetaraan dan partisipasi di
mana tidak ada basis bagi diskriminasi. Jadi, persamaan
derajat dan hak hidup bagi manusia menjadi prioritas utama dalam aliran Menonit.
Aliran Menonit menolak kekerasan dan diskriminasi, tetapi di sisi lain mereka konflik dengan Luther, Calvin, dan Anabaptis. Yang
paling menonjol yaitu adanya
perubahan konsep dan logika berpikir tentang pelaksanaan baptisan kudus. Baptisan dilayankan
bagi orang dewasa secara percik. Selain dewasa secara
jasmani juga harus dewasa secara rohani. Seseorang yang dewasa secara jasmani
belum tentu dewasa secara rohani. Dewasa secara rohani berarti sungguh-sungguh
menerima panggilan pertobatan, hidup baru, dan berperilaku sesuai kehendak Allah.
Walaupun baptisan
percik dewasa dilaksanakan di gereja ini, namun mereka tidak menggunakan
istilah sakramen baptisan melainkan penetapan baptisan. Pemakaian istilah ini menunjukkan bukan hanya pendeta yang berhak melayankan
upacara-upacara gerejawi, tetapi anggota jemaat pun bisa melaksanakannya. Oleh sebab itu,
sifat sakramental dari setiap upacara gerejawi ditiadakan.
Beberapa ketetapan yang patut
dilaksanakan oleh aliran ini menurut Aritonang
(2000:121-122) yaitu: Baptisan, komuni (perjamuan kudus), pembasuhan kaki,
kecupan suci, pengurapan (peminyakan), kerudung (bagi wanita) pada kebaktian,
perkawinan, dan penumpangan tangan pada penahbisan.
Akibat doktrin yang
berbeda maka mereka dicap sebagai aliran sesat. Pemerintah maupun masyarakat
yang tidak sepaham akan menindas dan mengusir mereka di wilayah tersebut. Di
balik penderitaan yang mereka alami, justru semakin bersemangat untuk memberitakan
ajarannya sambil mengungsi ke beberapa negara selain Belanda yaitu Rusia,
Amerika, Canada, Mexico, Indonesia, dan beberapa negara yang memungkinkan untuk
menerimanya.
Gereja ini hampir semuanya tidak memakai nama Mennonit. Awalnya mereka disebut sebagai
kelompok “Taufgesinnt” yang berarti kelompok orang yang melaksanakan pembaptisan dewasa
secara percik. Aliran ini di Belanda memakai nama Doopsgezinden, Ethiopia dikenal dengan Meserete Kristos yang berarti dasar yang
diletakkan Kristus, dan di Indonesia memakai nama gereja sesuai daerah dan budaya dimana berkembangnya aliran
tersebut.
Perkembangannya di
Indonesia dimulai dari desa Cumbring Jepara. Pernah ada di Sumatera Barat dan
Utara pada tahun 1830, namun mengalami kemunduran karena berada di bawah
jajahan kolonial Hindia-Belanda pada waktu itu. Pada tanggal 16 Maret 1854
dilaksanakan pembaptisan pertama terhadap 5 orang di desa Cumbring oleh
Zendeling Pieter Jansz. Beberapa tahun kemudian aliran ini berkembang secara
signifikan dengan membentuk tiga sinode besar, yaitu: Gereja
Kristen Muria Indonesia (GKMI), Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ), dan Jemaat
Kristen Indonesia (JKI).
E.
Aliran Baptis
Aliran Baptis muncul sekitar awal abad ke-16 setelah
reformasi Luther. Kehadiran aliran ini erat hubungannya
dengan gerakan Anabaptis yaitu aliran yang membaptis ulang orang Kristen secara
selam kendati sudah pernah dibaptis secara percik pada saat masih bayi ataupun dewasa. Pada waktu itu Smyth dan rekan-rekannya ditindas oleh pemerintah Inggris
karena dianggap sebagai pembawa aliran sesat dalam gereja dan Negara. Mereka mengungsi ke Belanda dan bergabung dengan aliran Mennonit
pada tahun 1607. Jadi, aliran ini dipelopori oleh John Smyth yang berasal dari gereja Anglican
di Inggris.
Kemudian pada tahun 1609
Smyth dan rekan-rekannya kembali menerima baptisan selam (baptisan ulang) di Belanda. Peristiwa pembaptisan ulang inilah menjadi
cikal bakal terbentuknya jemaat Baptis
Inggris yang pertama di Amsterdam. Awalnya mereka
berkomitmen tinggal di Belanda, tetapi beberapa penduduk di sana menolaknya.
Pada akhirnya mereka kembali ke Inggris mendirikan aliran Baptis pertama pada tahun
1912.
Perkembangan aliran Baptis di luar negeri terjadi tahun 1640 pada masa pemerintahan
Oliver Cromwell. Keberadaannya di Indonesia melalui
pelayanan dan penginjilan Jabez Carey di Maluku pada tahun 1814. Penginjilan Carey hanya sampai tahun
1818 yang kemudian melanjutkan penginjilan ke India. Kehadirannya di Maluku
tidak diterima oleh kalangan orang yang sudah menjadi Kristen karena berusaha mempraktekan
baptisan selam dewasa. Mereka hanya menerima konsep teologi yang diterapkan oleh Joseph Kam utusan NZG yang mempraktekkan baptisan anak secara percik sesuai dengan paham Calvinis.
Perkembangan aliran
Baptis di Indonesia kembali dimulai melalui penginjil Richard
Burton dan secara khusus Nathaniel Ward yang bertahan di Padang-Sumatera Barat sampai meninggal pada tahun 1850. Sejak itu beberapa misionaris gereja Baptis dari luar negeri maupun
orang pribumi tetap melanjutkan misinya untuk memberitakan Injil sampai saat ini. Terbukti sejumlah organisasi gereja Baptis telah berkembang dalam beberapa denominasi, antara lain: Persekutuan
Gereja-gereja Baptis Irian Jaya (PGBIJ), Gabungan Gereja Baptis Indonesia
(GGBI), Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI), Kerapatan Gereja
Baptis Indonesia (KGBI), Gereja Baptis Independent di Indonesia (GBII), Sinode
Gereja Kristen Baptist Jakarta (SGKBJ), dan masih banyak lagi
denominasi gereja-gereja Baptis yang masih terus berkembang.
Beberapa pokok
ajaran aliran gereja ini sehingga memiliki perbedaan dengan aliran atau
denominasi lain, yaitu:
1.
Alkitab adalah Firman Allah yang dijadikan
sumber hidup orang Kristen, dasar ajaran, dan pedoman berperilaku. Mereka
memiliki kebebasan menafsirkan Alkitab secara fundamentalis, liberal, maupun
modernis. Perbedaan dalam penafsiran sering menjadi kontroversial yang berakhir
pada pertikaian dan perpecahan dalam denominasi gereja baptis itu sendiri.
2.
Gereja adalah persekutuan orang-orang
yang sudah dibersihkan dosanya melalui baptisan selam dewasa dan diselamatkan
oleh pengorbanan Yesus Kristus.
3.
Sakramen terdiri atas Perjamuan Kudus
dan Baptisan Kudus. Perjamuan kudus adalah upacara simbolik untuk mengenang
pengorbanan dan kematian Yesus Kristus. Menyelenggarakan
baptisan ulang terhadap orang yang sudah dibaptis
percik pada usia bayi atau dewasa.
4.
Pemerintahan gereja bersifat otonom
dan demokratis. Gereja tidak boleh tunduk di bawah perintah badan atau
organisasi mana pun, tetapi hanya tunduk kepada Yesus Kristus kepala Gereja.
5.
Gereja harus terpisah dari negara dan
negara juga menjamin kebebasan dalam beragama.
Pada umumnya aliran
Baptis kurang bergaul dengan denominasi gereja lain karena
menganggap doktrin, pokok ajaran, serta perbedaan-perbedaan lainnya akan mengganggu
misi pelayanan mereka. Mereka cenderung membentuk
kelompoknya sendiri. Sikap eksklusif gereja ini terjadi
juga di Indonesia. Kondisi inilah yang menunjukkan keberadaan
serta perkembangan gereja
yang beraliran Baptis di luar negeri tidak jauh berbeda dengan yang ada di
Indonesia.
F.
Aliran Methodist
Aliran Methodist diprakarsai oleh
tokoh utamanya yaitu John Wesley dan Charles Wesley di Inggris pada abad ke-18. Keduanya putra seorang pendeta yang aktif di
gereja Anglican. Pelayanan
mereka mengalami pasang surut. Namun John Wesley tetap bersemangat karena
dipengaruhi oleh gerakan Pietis (kesalehan) yang sedang berkembang pada waktu
itu. Awalnya aliran ini terbentuk lewat
persekutuan-persekutuan kecil (Camp
Meeting) tetapi bukan dalam bentuk aliran Methodist.
Menurut Haskins (1992:72) bahwa aliran Methodist sudah mulai terasa
keberadaannya sejak tahun 1787. Kendati demikian, perkembanganya secara terbuka
baru terjadi setelah John Wesley meninggal dunia pada tahun 1791. Aliran ini disebut
Methodist setelah seluruh pengikut Wesley memisahkan diri dari Gereja Anglican
sekitar tahun 1795. Keberadaannya di Inggris
menandai bangkitnya semangat kebangunan rohani (Revival) di seluruh dunia. Tentunya perkembangan ini bukan saja terjadi di Amerika tetapi di beberapa
negara lainnya seperti Indonesia.
Perkembangannya aliran ini di Indonesia berkat pelayanan misionaris J.R. Denyes dari Singapura datang ke Bogor tahun 1905. Strategi pelayanannya dimulai dengan membuka
kursus bahasa Inggris dan sekolah (Anglo-Chinese
School) sehingga beberapa orang mulai bergabung. Kemudian George F. Pykett
seorang misionaris Metodist dari Malaysia yang mengutus Salomon Pakhianatan ke Sumatera Timur tahun 1908 khususnya
daerah sungai Asahan. Ketika berada di sana sebagian besar annggota jemaatnya berasal
dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Selain itu, beberapa orang Tionghoa dari Malaysia dan Singapura pergi ke Kalimantan sekitar tahun 1906 untuk
menyebarkan aliran ini.
Daerah Sumatera merupakan yang paling berhasil dalam misi ini. Sementara
daerah lain masih mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor keuangan dan
kurangnya simpati masyarakat karena telah menjadi orang Kristen sudah cukup
lama. Kendati demikian, adapun keberhasilan pelayanan yang boleh diraih yaitu berdirinya
beberapa Gereja Methodis Indonesia (GMI), Universitas Methodist Indonesia
di Medan, rumah sakit Methodist, dan Institut Theologia Alkitabiah di Sibolangit-Sumatera Utara.
Beberapa pokok ajarannya yang paling menonjol dengan berpedoman pada
tulisan-tulisan John Wesley, yaitu:
a.
Kelahiran
kembali adalah dasar untuk menjadi orang Kristen. Kelahiran kembali dikerjakan
oleh Allah tetapi manusia juga harus memiliki inisiatif untuk bertobat dari
dosa-dosanya serta bertekad untuk hidup kudus.
b.
Kesaksian Roh
Kudus memberikan kepastian bahwa setiap pribadi orang Kristen adalah anak-anak
Allah yang telah menerima keselamatan kekal melalui Yesus Kristus.
c.
Keselamatan
dan penebusan dari Yesus Kristus berlaku bagi semua orang yang mau menerimanya.
d.
Orang yang
sudah selamat kemungkinan akan kehilangan kasih karunia Allah sebagai akibat dari
ketidaktaatannya kepada Allah.
e.
Kesucian hidup
orang Kristen merupakan tujuan akhir yang harus dicapai sebelum Kristus datang
kembali.
f.
Penginjilan
merupakan tugas utama dalam mengobarkan kebangunan rohani dan semangat
menginjili semua orang.
g.
Orang Kristen
dapat bersumpah di depan umum asalkan sesuai dengan iman, kasih, dan kebenaran.
G.
Aliran Pentakosta
Aliran Pentakosta
pertama sekali berkembang di Eropa dan Amerika Utara pada tahun 1906. Aliran
ini dipelopori oleh Ch. F. Parham pada tahun 1900 yang memaksakan diri keluar dari aliran Methodis serta ingin membentuk organisasi
gereja baru pada saat itu. Dasar pemahamannya untuk membentuk aliran
gereja baru yang bertitik tolak pada eskatologi, baptisan Roh Kudus, dan karunia
berbahasa lidah. Berdasarkan pengakuan mereka bahwa gereja Pentakosta adalah gereja yang penuh Roh Kudus. Kata Pentakosta berasal dari bahasa Yunani yang artinya “hari ke
lima puluh”.
Aliran ini masuk ke Indonesia dengan nama Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) yang dahulu
bernama Vereeniging De Pinkstergemeente in Nederlandsch Oost Indie. Selain GPdI ada juga Jemaat Pantekosta di Indonesia (JPI). Aliran ini diawali oleh dua orang misionaris dari Amerika keturunan
Belanda, yaitu Pdt. Van Klaveren dan Pdt. Groesbeek pada tahun 1921. Mereka diutus oleh Pdt. W.H. Offiler dari Bethel Pentacostal Temple Inc,
Washington, Amerika Serikat.
Kedua misionaris di atas pertama sekali tiba di Jakarta pada bulan Maret 1921
dengan menumpang kapal laut KM Suwa Maru
bersama keluarganya. Selanjutnya mereka langsung menuju
pulau Bali untuk misi pemberitaan Injil. Kehadiran
mereka di Bali dilarang oleh pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu, sehingga pada bulan Desember 1922 mereka kembali ke pulau Jawa. Di pulau Jawalah
secara khusus Surabaya, Temanggung, dan Cepu aliran ini berkembang secara luar biasa.
Dalam analisis Aritonang
dalam bukunya Berbagai Aliran di
Dalam dan di Sekitar Gereja telah menguraikan ajaran gereja ini secara
mendalam. Beberapa pokok pemahaman yang paling
mendasar sebagaimana penulis diuraikan berikut
ini:
1.
Alkitab sebagai Firman Allah yang
diilhamkan Allah kepada manusia sehingga tidak mengandung kesalahan dan dapat menjadi tata tertib
bagi perilaku manusia.
2.
Allah yang benar dan hidup dinyatakan dalam
tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
3.
Keselamatan adalah kasih karunia Allah yang
ditawarkan kepada manusia melalui penyesalan dan pengampunan dosa kepada Allah
di dalam Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui permandian kelahiran
kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus yang dapat dibuktikan secara batiniah dan
lahiriah.
4.
Baptisan terdiri atas dua jenis, yaitu
baptisan air dan baptisan Roh. Baptisan air yaitu lambang kematian dan
penguburan dosa manusia dengan cara diselamkan. Baptisan Roh yaitu
baptisan yang dijanjikan oleh Bapa sesuai dengan perintah Tuhan Yesus. Setiap orang yang menerimanya beroleh kuasa untuk hidup dan
melayani dengan karunia-karunianya masing-masing.
5.
Berbahasa lidah (glossolalia) yaitu kemampuan yang diberikan Allah kepada para rasul yang tercatat
dalam kitab Kisah Para Rasul 2:4 dan 1 Korintus 12:4-10, 28.
6.
Perjamuan Kudus yaitu perjamuan yang
terdiri dari roti dan anggur, sebagai lambang keikutsertaan di dalam
pengorbanan Yesus Kristus serta mengingat nubuat kedatangan-Nya yang kedua
kali.
7.
Kesucian hidup, yaitu setiap manusia
dituntut untuk hidup suci dan taat Firman Allah sehingga pada akhirnya bisa
melihat Allah.
8.
Penyembuhan ilahi, yaitu karunia Roh yang
diterima oleh seseorang sehingga sembuh atau mampu menyembuhkan orang lain yang
percaya kepada Yesus atas segala penyakit tanpa bantuan ilmu kedokteran.
9.
Akhir zaman, yaitu sebagai penganut
milenarisme meyakini bahwa Yesus Kristus akan datang kembali dan memerintah
dalam kerajaan seribu tahun di dunia ini dan kembali berdirinya
negara Israel di Yerusalem. Adanya langit dan bumi baru yang
dinikmati oleh orang yang sudah selamat.
10. Gereja, yaitu tubuh
Kristus di mana Allah berdiam melalui Roh-Nya.
11. Ibadah dan upacara gerejawi, yaitu tata ibadahnya tidak baku dan
tidak ditetapkan nats atau tema khotbah karena dianggap menghambat pekerjaan
Roh Kudus, sehingga khotbah berlangsung secara
spontan. Adanya kesaksian pribadi di altar,
sehingga bersedia untuk menjadi pelayanan di gereja tersebut.
Berdasarkan pemahaman di atas menunjukkan
bahwa aliran pentakosta memiliki pandangan
terhadap dunia yang transrasional. Meskipun mereka sangat memperhatikan
ortodoksi yaitu keyakinan yang benar, tetapi mereka juga
menekankan ortopati yaitu perasaan yang benar, dan ortopraksis
yaitu tindakan yang benar. Untuk menemukan keeksistensi aliran ini sangat
mudah mengingat setiap denominasi gerejanya memakai nama
Pentakosta. Gereja ini bersifat otonom di
mana pendeta berhak mengatur dan memegang kekuasaan tertinggi.
H.
Aliran Kharismatik
Pada dasarnya aliran Kharismatik memiliki ciri khas yang hampir sama dengan
aliran Pentakosta. Secara khusus dalam hal karunia Roh seperti
bahasa lidah, nubuat, dan lain-lain. Kharismatik adalah sebuah istilah yang dipakai untuk
mendeskripsikan dirinya sebagai gereja yang percaya pada manifestasi Roh
Kudus. Kata karismatik berasal dari sebuah kata Yunani charis yang berarti
kasih karunia. Anggotanya sebagian besar dari denominasi gereja Katolik, gereja ortodoks, dan gereja Protestan yang telah memisahkan diri dari gereja induknya.
Memang sangat sulit menentukan kapan dan di
mana tepatnya aliran ini mulai muncul. Akan tetapi, Dennis Bennett seorang pendeta dari Gereja Episkopal St. Markus di kota
Van Nuys, Los Angeles Amerika Serikat disebut sebagai pionir dari gerakan ini. Sekitar tahun 1960 dia mengumumkan
kepada jemaatnya telah menerima pencurahan Roh Kudus. Setelah itu dia dipecat dan
pindah melayani di Vancouver dalam lokakarya serta beberapa seminar mengenai
karya Roh Kudus.
Dengan semangat yang berkobar-kobar puluhan ribu anggota gereja Anglikan di seluruh dunia terbius dan terpengaruh pada ajaran Bennett. Secara langsung maupun tidak langsung banyak orang yang menjadi pengikutnya. Sebagian orang yang tidak
setuju atas ajarannya keluar dengan membentuk aliran gereja baru lagi atau
bergabung kembali ke gerejanya yang lama. Perpecahan dalam gereja pun tak terhindarkan.
Pelayanan Bennet yang berorientasi pada baptisan Roh dan bahasa lidah bagaikan sebuah “iklan” yang
mempromosikan doktrin dan ideologi baru
dalam gereja pada saat itu. Pada tataran konsep berpikir seperti ini baptisan Roh dan bahasa roh menjadi magnet
untuk mengikat para pengikutnya. Mereka harus memiliki karunia-karunia berbahasa
roh, bernubuat, dan sebagainya. Orang yang tidak memiliki salah satu karunia
itu dianggap belum mengalami kuasa Tuhan dan bukan orang Kristen sejati
tentunya.
I. Aliran Injili
Gereja yang beraliran Evangelical (Injili) merupakan produk
dari negara Amerika dan Eropa melalui pelayanan dari
beberapa misionaris.
Sejak tahun 1930-an para pemimpin aliran ini lebih suka menggunakan istilah Injili
daripada Protestan. Penggunaan istilah Injili tentu tidak terlepas dari
pengaruh European Evangelical Alliance
yang sudah terbentuk di Inggris sejak tahun 1842. Memang perkembangannya
baru terasa sekitar tahun
1950 yang meliputi Amerika, Jerman, Belanda, dan
kemudian Indonesia.
Keberadaan aliran ini di Indonesia ditandai dengan berdirinya Institut Injili Indonesia
(I-3) di Malang pada tahun 1959 yang didukung oleh gerakan Injili dari Jerman. Kemudian Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil di
Indonesia (YPPII) yang didirikan pada tahun 1961 dan Seminari Alkitab Asia
Tenggara (SAAT) di kota Malang. Lembaga penginjilan lain yang
termasuk dalam
gerakan Injili seperti Christian and
Missionary Alliance (CMA atau CAMA) yang menganut gerakan kesucian.
Salah satu tokoh utama CMA atau CAMA yang pernah tinggal di
Indonesia yaitu R.A. Jaffray (1873-1945). Hasil pelayanannya telah mendirikan sekolah teologi dan sejumlah
gereja yang masuk dalam rumpun Injili seperti Gereja Kemah Injil
Indonesia (GKII). Selain GKII masih banyak lagi gereja yang beraliran Injili
dengan memakai nama lain bahkan memakai istilah Injili Reformed. Sebagian besar
gereja Injili ini sudah banyak berinovasi sesuai konteks jamannya serta
mengadopsi paham dari berbagai aliran dan denominasi gereja lain yang ada di
sekitarnya.
J.
Aliran Bala Keselamatan
Bala Keselamatan
dalam bahasa Inggris disebut Salvation Army. Pada awal berdirinya aliran ini bukan sebuah organisasi gereja
melainkan hanya berupa organisasi
sosial. Pelayanan sosialnya yang terkenal yaitu membuka
rumah sakit dan panti-panti asuhan. William Booth seorang pendeta dari aliran Metodist sebagai pelopor utamanya. Dia lahir di Nottingham-Inggris
pada tahun 1829 dalam sebuah keluarga kontraktor yang jatuh bangkrut. Melalui pengalaman inilah dia sadar bahwa kehidupan
orang miskin seringkali mengalami penghinaan dari orang-orang kaya karena memiliki
nilai ekonomi mapan.
Dalam mengatasi berbagai keterpurukan nilai sosial dan kemiskinan inilah,
maka pada tahun 1865 dia berkhotbah kepada sekumpulan
anak jalanan dan beberapa pub
di London. Kemudian tahun
1878 memberi nama gerakan ini
sebagai “Misi Kristen”, yang
selanjutnya diganti menjadi “Bala
Keselamatan”. Seiring bertambahnya penganut paham ini, kemudian misi ini berubah menjadi
Gereja Bala Keselamatan (GBK). Kehadiran GBK menambah daftar panjang pertambahan
aliran gereja baru di dunia termasuk di Indonesia.
Aliran ini mulai berkembang di Pulau Jawa pada tahun 1894 oleh Staf Kapten J.G. Brouwer dan
Letnan Muda A. van Emmerik berkebangsaan Belanda. Pelayanan mereka mulai bergerak
di bidang pelayanan sosial seperti rumah sakit, panti asuhan, dan sekolah. Pelayanan sosial ini berubah dan berkembang sehingga mendirikan
beberapa gereja di seluruh kota-kota besar di Indonesia seperti Jawa Tengah,
Semarang, Bandung, Jakarta, Bali, Sulawesi Tengah, Sumatera, Maluku, NTT, dan
sebagainya.
Aliran GBK memiliki prinsip hidup sebagai pejuang
kebenaran Allah. Dalam
struktur kepangkatannya dimulai dari Jamaat
disebut prajurit; Majelis disebut sersan; pendeta
disebut kapten, mayor, letnan kolonel, dan lain-lain. Pemimpin tertinggi di dunia berpangkat
jenderal yaitu Linda`Bond berkebangsaan Kanada yang berkedudukan di London, Inggris.
Sedangkan pemimpin
tertingginya di Indonesia berpangkat komisaris. Untuk mendapatkan
pangkat kapten ke mayor harus melakukan pelayanan selama 10 tahun. Pangkat
mayor sampai jenderal adalah pangkat yang diperoleh berdasarkan prestasi atau anugerah
Tuhan bagi orang tersebut.
Di balik simbol kemiliteran yang
dikenakan, ada beberapa pokok penting yang selalu ditekankan dalam
pelayanannya. Pertama, pertobatan adalah sesuatu yang mutlak dalam kehidupan
orang Kristen. Kedua, setelah pertobatan orang cenderung tetap berdosa, tetapi
Allah menawarkan kesempurnaan dan anugerah kepada umat-Nya, sehingga terjalin
kasih antara Allah dengan manusia dan manusia dengan Allah. Oleh sebab itu, praktek pelayanan
gereja ini selalu menciptakan
suasana Kristen yang tidak terlalu “menggereja”. Liturginya tidak terlalu kaku sehingga
terbuka bagi orang-orang
miskin dan orang yang sedang terpuruk dalam berbagai masalahnya.
Mereka
tidak menyelenggarakan sakramen perjamuan kudus dan baptisan kudus. Sakramen perjamuan
kudus tidak dilakukan dengan alasan
untuk menghindari anggota jemaatnya minum alkohol. Sedangkan sakramen
baptisan kudus dilambangkan dengan pentahbisan yang disertai janji iman yang
sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dan jemaatnya. Segala aktivitas pelayanan gereja dipandang suci
sehingga hanya Allah yang mampu melakukannya. Jadi, GBK hanya mengakui baptisan
kudus yang dilakukan oleh Roh Kudus atau baptisan Roh Kudus.
K.
Aliran Adventis
Aliran Adventis
yang mudah kita kenal yaitu Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK). Ciri khas ibadah gereja
ini sangat mudah kita kenal yaitu melaksanakan kegiatan ibadah raya setiap hari Sabtu. Sistem
peribadatan mereka berbeda dengan gereja Kristen pada umumnya. Hari Sabtu merupakan hari Sabath (perhentian) yang ditetapkan oleh Tuhan sesuai dengan kebenaran Alkitab.
Aliran gereja ini berkembang pesat di bawah kepemimpinan Ellen Gould Harmon
White (Ellen G. White) di Portland
sekitar 22 Oktober 1844. Memang ada beberapa tokoh
Advent sebelumnya seperti William Miller (1782-1849), Hiram Edson (1806-1882),
dan Joseph Bates (1792-1872). Kendati mereka sudah ada sebelum
Ellen, tetapi pengaruh mereka sangat kecil terhadap perkembangan aliran ini. Keempat tokoh ini
menegaskan bahwa akhir zaman merupakan kedatangan Yesus Kristus kedua kali. Mereka berani menentukan tempat dan waktu kedatangan Yesus Kristus
berdasarkan perhitungan yang mereka lakukan. Perlu diketahui
bahwa semua ramalan atau penglihatan yang mereka lakukan selama bertahun-tahun belum
pernah terjadi sampai detik ini.
Perkembangan aliran ini di Indonesia mulai terasa sejak 1 Januari
1900 melalui kehadiran Ralph Waldo Munson di Padang-Sumatera Barat. Munson merupakan seorang misionaris
Metodis dari Singapura. Ketika berobat ke
rumah sakit Adventis di Amerika, dia mengalami
kesembuhan sehingga memilih menjadi anggota Adventis. Pengalaman mujizat kesembuhan itu menjadi sarana dalam pelayanannya.
Kendati mujizat itu
sering dijadikan sarana dalam pelayananya, tetapi di Padang kurang berhasil karena mengalami hambatan dari aliran gereja yang sudah
ada. Kemudian pindah ke Medan, Sumatera Utara bersama misionaris
dari Australia. Dia pindah lagi ke pulau Jawa yang pada akhirnya kembali ke Amerika. Kemudian dilanjutkan
oleh beberapa misionaris dari Australia, Belanda,
Amerika, dan Indonesia seperti M.E. Direja Samuel Rantung, J.J. Merukh, dan sebagainya. Mereka terus berjuang menyebarluaskan
ajaran Adventis ke seluruh wilayah Indonesia sampai sekarang.
Pokok ajaran yang
mudah dikenal pada aliran ini ditunjukkan melalui etika kehidupan. Pada setiap lingkungan
masyarakat yang mereka tempati harus menunjukkan sikap integritas sebagai warga gereja yang baik dan mengusahakan kesejahteraan semua orang. Setiap jemaat dilarang merusak tubuhnya, seperti membuat tato, melubangi daun
telinga pada laki-laki, dan
sebagainya. Peraturan ini didasarkan pada ucapan rasul Paulus terdapat pada 1 Korintus 6:19 yang berkata: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa
tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh
dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”
Kutipan ayat di
atas menunjukkan bahwa aliran Advent menekankan tentang kekudusan hidup sebagai
orang yang telah menerima kuasa Roh Kudus. Seluruh anggota
tubuh yang diciptakan oleh Allah harus dijaga. Demi menjaga
kekudusan tubuhnya maka mewajibkan anggotanya untuk vegetarianisme. Kepatuhan terhadap hukum halal-haram berdasarkan pada kitab Imamat. Setiap warga jemaat
tidak diperbolehkan makan daging babi, kerang, dan makanan lain yang
digolongkan sebagai “makanan haram”. Gereja mencegah anggotanya dari penggunaan
alkohol, tembakau, obat terlarang, kopi, teh, minuman yang mengandung kafein,
dan lain sebagainya.
L.
Aliran Saksi Jehova
Tokoh utama berdirinya aliran Saksi Jehova yaitu Charles Taze Russell yang lahir pada
tahun 1852. Awalnya dia
merupakan anggota jemaat dari gereja Presbyterian Skotland-Irlandia dan kemudian bergabung dengan aliran Adventis. Setelah itu,
dia menjadi
pemimpin tertinggi (presiden) pertama aliran Saksi Jehova tahun 1879 sampai
dia meninggal tahun 1916.
Selanjutnya presiden yang lain seperti Joseph F. Rutherford (1917-1942) berasal dari Gereja Baptis-Morgan, Nathan R. Knorr (1942-1977) berasal dari
Gereja Reformed Belanda,
Frederick W. Franz (1977-1992), dan Milton G. Henschel. Semua
pemimpinnya berpendidikan tinggi yang berasal dari berbagai universitas ternama
di negaranya masing-masing.
Aliran ini diorganisir secara
internasional yang lebih dikenal di dunia Barat sebagai Jehovah’s Witnesses atau Jehovas
Zeugen. Komunitas mereka
juga dikenal dengan sebutan “Menara
Pengawal” atau “Persekutuan Saksi Jehova”. Menurut Aritonang (2000:317) bahwa
kemunculan aliran ini
bermula dari
aliran Adventis di mana pokok-pokok ajarannya pun hampir sama dengan ajaran
Adventis. Kantor
pusat mereka berada di Brooklyn, New York, Amerika Serikat.
Aliran Saksi Jehova tidak menyebut dirinya sebagai gereja tetapi hanya berupa
persekutuan,
walaupun misinya sama dengan aliran gereja pada umumnya. Mereka selalu mengunjungi
rumah masyarakat Kristen dan non-Kristen sebagai strategi dalam menyebarkan ajarannya.
Yang paling sering dan mudah mereka jangkau adalah orang yang sudah beragama Kristen.
Mereka suka berdiskusi dan bahkan selalu berdebat seputar kekristenan. Mereka
tidak mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juru selamat manusia.
Saksi Yehova merupakan aliran yang baru
diakui di Indonesia. Semula keberadaan mereka dilarang
oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Jaksa Agung Nomor 129 Tahun 1976,
karena paham dan kegiatannya melanggar hukum
seperti menolak menghormati bendera merah putih, menolak ikut
berpolitik, serta menimbulkan keresahan di masyarakat karena mengujungi
rumah-rumah orang yang sudah beragama untuk direkrut
menjadi anggotanya.
Walaupun sudah
dilarang berkali-kali untuk menyebarkan ajarannya, namun mereka tetap semangat
untuk menyebarluaskannya. Bahkan beberapa kali diusir ketika mereka masuk ke
rumah masyarakat, tetapi tetap sabar dan terus melanjutkan pelayanannya. Dengan
kegigihan dan relasi kekuasaan yang dimiliki maka pada tanggal 1 Juni 2001
SK di atas dicabut dengan alasan bertentangan dengan Pasal 29 UUD 1945, Tap
MPR Nomor XVII/1998 tentang HAM, dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998.
Dengan demikian, saksi Yehova secara resmi diakui sebagai aliran dalam agama
Kristen yang melaksanakan baptisan dewasa secara selam.
Untuk dapat mengetahui perbedaan
Saksi Jehova dengan aliran gereja lain di Indonesia, maka beberapa pokok
ajarannya yang kontroversial, antara lain:
1.
Allah (Jehova), yaitu Allah sebagai pencipta, Yesus
Kristus diciptakan oleh Allah dan menjadi pelayan utama untuk menebus dosa
manusia, dan Roh Kudus bukan Allah melainkan kuasa/pengaruh dari Allah.
2.
Alkitab versi terbaru banyak mengalami kesalahan,
sehingga menerbitkan Alkitab versi mereka sendiri bernama New World Translation of the Scriptures tahun 1961.
3.
Sejarah dunia ini terbagi atas: pertama, dunia masa lalu dimulai sebelum kejatuhan Adam sampai peristiwa
air bah; kedua, dunia masa kini
dimulai sejak pemerintahan Nebukadnezar tahun 607 SM sampai perang Harmagedon;
dan ketiga, dunia masa depan dimulai
sejak berdirinya Kerajaan Seribu Tahun sampai dengan kehidupan kekal di sorga.
4.
Penebusan dilakukan oleh Yesus Kristus untuk menebus
dosa manusia. Yesus Kristus bukan Allah,
tetapi pelayan Allah melalui pengurapan Roh Kudus.
5.
Kedatangan Kristus kedua kali akan diawali oleh satu
peristiwa penting yaitu perang Harmagedon di bumi dan terpilihnya penghuni
sorga sebanyak 144.000 orang.
6.
Kebangkitan tidak berlaku bagi manusia yang jahat
melainkan penghakiman untuk selama-lamanya. Kebangkitan hanya terjadi bagi
orang-orang yang bersikap benar selama hidupnya.
7.
Baptisan dan Perjamuan bukan sakramen. Baptisan selam dilaksanakan
di sungai, danau, laut, atau kolam pada usia dewasa. Perjamuan bertujuan untuk
mengenang kematian Yesus Kristus dan dilaksanakan sekali setahun setiap hari
Jum’at Agung.
8.
Peribadatan dilaksanakan di Balai Pertemuan tetapi tidak
disebutkan gereja. Setiap minggu diselenggarakan empat pertemuan, yaitu: bicara
di depan umum (Publik Talk), Studi The Watchtower, Sekolah Pelayanan
Kerajaan, dan Pertemuan Ibadah.
9.
Disiplin organisasi berlaku bagi semua anggota Saksi
Jehova. Setiap orang yang melanggar disiplin akan diberi sanksi dan dikeluarkan
dari persekutuan/keanggotaan Saksi Jehova.
10.
Larangan dan pantangan merupakan bentuk disiplin yang
melarang umatnya berjudi, merokok, mabuk-mabukan, dilarang memperingati hari
raya tradisional dan popular seperti Natal dan Paskah, tidak ikut pemilu, tidak
boleh menghormati bendera, tidak boleh menjadi tentara, dan sebagainya.
M.
Aliran Mormon
Aliran Mormon atau sering disebut The Church of Jesus Christ of the Latter-Day Saints didirikan oleh
Joseph Smith, Jr di Salt Lake City-Utah, New York pada tanggal 6 April 1830. Selain
Smith, tokoh utama lainnya yakni Oliver Cowdery, David Whitmer, dan Martin
Harris. Seiring perjalanan waktu perkembangan aliran ini tidak saja terjadi di
Amerika, tetapi juga berkembang di Indonesia. Aliran ini masuk ke Indonesia
sejak 5 Januari 1970 melalui 6 misionarisnya serta melaksanakan baptisan
pertama tanggal 29 Maret 1970 di Jakarta.
Strategi penginjilan mereka di Indonesia dengan cara
memberikan kursus bahasa Inggris dengan biaya murah. Ternyata strategi ini
cukup ampuh sehingga berhasil membaptis para petobat baru mulai sejak
berdirinya sampai tahun 1977 berjumlah 1200 orang (Aritonang, 2000:344). Pada
bulan Agustus 1978 pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan
Nomor 70 dan 77 untuk membatasi kegiatan mereka. Kemudian pada tanggal 24 Juli
1988 meresmikan kembali markas barunya dan membangun gedung gereja di Jalan
Saharjo, Jakarta Selatan. Kegiatan aliran ini sering mengalami hambatan hingga
saat ini.
Beberapa pokok ajarannya yang paling popular hingga
saat ini, yaitu:
1.
Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus terdiri dari
tiga pribadi yang berbeda natur dan
fungsinya. Mereka tidak mengakui keberadaan Allah Tritunggal sebagaimana orang
Kristen pada awalnya.
2.
Manusia adalah berdosa dan ditebus oleh Yesus Kristus,
tetapi manusia bisa menjadi Allah.
3.
Keselamatan diperoleh melalui penebusan Yesus Kristus
dengan dua cara: pertama, keselamatan umum berlaku bagi setiap orang melalui
kematian dan kebangkitan Kristus; kedua, keselamatan pribadi berlaku bagi
setiap orang melalui Kristus tetapi harus ada usaha manusia melalui etika,
ketaatan pada hukum, baptisan, ikut serta pada upacara bait suci, dan
lain-lain.
4.
Kitab Suci terdiri atas dua bagian yaitu: Alkitab dan
Kitab Suci Mormon.
5.
Gereja dipimpin oleh imam berdasarkan kerangka imam
Harun dan Melkisedek. Badan organisasinya disebut General Authorities terdiri atas jabatan presiden, penasehat, dan
dewan-dewan lainnya. Gereja ini juga disebut sebagai Gereja Perjanjian Baru.
6.
Upacara di Bait Suci antara lain: (a) Baptisan orang
mati sebagai sarana untuk memperoleh keselamatan; (b) Penganugerahan (Endowment) yaitu pria dan wanita
dipisahkan dalam suatu upacara mandi istimewa, sehingga semua organ-organ tubuh
diurapi dan didoakan agar berfungsi dengan baik, termasuk alat kelamin; dan (c)
Perkawinan celestial yaitu seseorang harus menikah di Bait Suci dalam suatu
upacara khusus agar perkawinannya berlangsung hingga kekekalan.
Berdasarkan
pokok ajaran ini menunjukkan perbedaannya dengan aliran atau denominasi gereja
lain. Mereka sering menyerang dan mendakwa semua gereja lain sebagai sesat,
murtad, munafik, dan sebagainya sambil mengutip sejumlah ayat Alkitab untuk
membenarkan argumentasinya (Aritonang, 2000:352). Sikap saling mengklaim aliran
atau denominasinya benar sudah berlangsung lama dalam sejarah kekristenan
sampai hari ini. Biarlah Tuhan yang menjadi penilai dan hakim atas semua sikap
yang kita lakukan selama di dunia ini.
N.
Aliran
Christian Science
Menurut Stephen Gottschalk (1987:442) bahwa Christian Science adalah suatu gerakan
keagamaan dalam komunitas Kristen yang menekankan pada penyembuhan kristiani
sebagai bukti keunggulan atas kekuatan fisik. Biasanya aliran ini dikenal
dengan nama Gereja Kristus Ahli Ilmu Pengetahuan (Church of Christ Scientist) yang berpusat di Boston, Amerika
Serikat. Pendiri awalnya yaitu Mary Morse Baker tahun 1879 bersama 26 orang
pengikutnya di Boston. Mary lahir tanggal 16 Juli 1821 di New Hampshire dan
meninggal dunia pada tanggal 3 Desember 1910. Dia menjadi pendeta pertama di
gereja ini, walaupun dia sebenarnya sebagai anggota gereja Congregasional yang
beraliran Calvinis di Tilton.
Selama hidupnya Mary menikah sebanyak tiga kali dengan
alasan suaminya meninggal dunia dan juga masalah perceraian. Adapun nama
suaminya berdasarkan urutan pernikahannya, yaitu: George Washington Glover
(meninggal), Daniel Patterson (cerai), dan terakhir pada usianya ke-55 menikah
lagi dengan muridnya bernama Asa Gilbert Eddy yang meninggal pada tahun 1882.
Selain itu masalah krusial yang sering dialami oleh Mary dari kecil sampai
meninggal dunia yaitu sering sakit-sakitan seperti lumpuh, pingsan, histeris,
kurang penglihatan, radang gusi kronis, dan kecelakaan karena terpeleset di
jalan berlapis es di kota Lynn.
Dalam penderitaan yang cukup lama itu membuat dia
menemukan sebuah pemahaman bahwa kesembuhan dapat terjadi bagi seseorang karena
faktor ilmu pengetahuan. Kendati Alkitab selalu disebut sebagai pedoman utama
ajarannya, namun dalam prakteknya selalu menekankan asas dan peraturan ilmu
pengetahuan rohani dan penyembuhan metafisik (Science and Health). Pada akhirnya, dia selalu menafsirkan Alkitab
berdasarkan pemahaman yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan penyembuhan
metafisik Ilahi yang disebut sebagai Christian
Science sampai saat ini.
Beberapa pokok ajarannya yang menjadi perhatian kita
semua, antara lain:
1.
Allah bukan saja sebagai Bapa melainkan sebagai Ibu.
Yesus bukan Allah tetapi manusia, sehingga kematian, kebangkitan, kenaikan, dan
kedatangan-Nya kembali tidak benar. Roh Kudus digambarkan sebagai ilmu
pengetahuan Ilahi.
2.
Manusia adalah citra Allah, karena Allah adalah Roh
maka manusia adalah roh.
3.
Dosa dan penyakit sebenarnya tidak ada karena Allah
adalah baik. Dosa dan penyakit ada karena kekeliruan penglihatan manusia atau
menolak kemahakuasaan dan kebaikan Allah.
4.
Keselamatan dan penyembuhan berlaku bagi manusia
sejati dengan cara berbuat baik kepada Allah. Penyakit, maut, dan neraka hanya
tersedia bagi orang yang berbuat jahat.
5.
Zaman akhir seperti sorga, kedatangan Kristus, neraka,
kebangkitan tubuh, penghakiman akhir, langit dan bumi baru semuanya tidak ada.
6.
Ibadah dilaksanakan hari Minggu dalam bentuk liturgi
nyanyian, doa, nyanyian tunggal, pembacaan Alkitab, dan khotbah pelajaran hasil
karya Mary.
7.
Sakramen baptisan kudus dan perjamuan kudus secara
kelihatan (lahiriah) tidak dilaksanakan, tetapi persekutuan dengan Allah dengan
sikap diam (rohani) dipahami sebagai baptisan dan perjamuan kudus.
Dengan memperhatikan beberapa pokok ajarannya di atas maka
keberadaan aliran ini dapat terdeteksi dengan jelas terutama di Jakarta,
Bandung, Bogor, Yogyakarta, Pematang Siantar, dan beberapa kota lainnya. Memang
perkembangannya di wilayah nusantara ini tidak seperti di Amerika, namun dampak
yang ditimbulkan sangat mengganggu tatanan kehidupan orang-orang Kristen di
Indonesia. Sebab, menurut Verkuyl (1966:148) bahwa Christian Science menyesatkan. Selanjutnya, Hoekema (1969:221) menyatakan
aliran ini bukan Kristen dan bukan pula suatu ilmu pengetahuan. Kemudian Aritonang
(2000:398) menegaskan bahwa aliran ini tidak bisa disebut gereja Kristen;
tetapi suatu kelompok pemujaan (cult)
non-Kristen, bahkan aliran sesat.
Pertentangan atas aliran Christian Science sudah lama terdengar, baik bagi kalangan para
pemimpin dan anggotanya sendiri maupun masyarakat umum lainnya. Kontroversi
atas keberadaan aliran ini pun telah memasuki era jaman ini, yang secara tidak
langsung telah merusak seluruh sendi kehidupan manusia di dunia ini. Oleh sebab
itu, aliran ini bukan saja sebagai
aliran sesat tetapi sebagai malapetaka terjadinya perpecahan gereja pada masa
yang akan datang.
O.
Aliran
Scientology
Aliran Christian
Science dan Scientology sebenarnya
sama-sama menekankan kepercayaannya pada kuasa ilmu pengetahuan serta pikiran (mind). Tokoh utamanya adalah Lafayette
Ronald Hubbard yang lahir tanggal 13 Maret 1911 di Tilden, Amarika Serikat.
Kemudian dia meninggal tanggal 24 Januari 1986 di California. Aliran ini resmi
berdiri sebagai Church of Scientology pada
18 Februari 1954 di Amerika (Aritonang, 2000:414). Kemudian berkembang di 75
negara di dunia, antara lain Filipina, Australia, India, Taiwan, Jepang,
Indonesia, dan sebagainya.
Setelah Hubbard meninggal maka aliran ini dilanjutkan
oleh David Miscavige. Sementara keberadaannya di Indonesia dibawa oleh beberapa
orang pribumi dan orang asing yang sudah mengenalnya di luar negeri, secara
khusus di Los Angeles sebagai kantor pusatnya. Berbagai strategi dilakukan
untuk mencari peminatnya seperti yayasan pelayanan sosial, membentuk
perkumpulan, membuat kursus pengembangan kepribadian, perawatan mental, menjual
buku Hubbard dan pengikutnya. Kegiatan ini menghasilkan uang dan menjadi sarana
untuk menyebarluaskan ajarannya.
Sesungguhnya aliran ini bukanlah gereja, kendati
anggotanya kebanyakan berasal dari agama Kristen Katolik dan agama Kristen Protestan.
Keberadaannya di Amerika dikenal karena memakai nama organisasi gereja. Alasan
utama pemakaian nama gereja sebenarnya untuk menghindari pembayaran pajak
kepada pemerintah atas hasil penjualan buku, literatur, dan beberapa kegiatan
lain yang menghasilkan uang. Dengan melihat berbagai kegiatannya maka dapat
dipastikan bahwa pokok ajarannya hanya seputar ilmu pengetahuan. Ilmu psikologi
dan psikoterapi menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas hidup manusia atau
pun menyembuhkan seseorang yang sedang mengalami berbagai jenis penyakit.
P.
Aliran Gerakan
Zaman Baru
Gerakan Zaman Baru (GZB) atau sering juga disebut New Age Movement (NAM). Aliran ini menekankan
pada gerakan eskatologis tentang tujuan akhir dunia ini termasuk manusia di
dalamnya. Istilah “Zaman Baru” berarti menunjukkan zaman yang akan datang yang
disebut zaman emas, Golden Age, atau
zaman Aquarius yang akan segera terwujud. Gagasan ini didukung oleh berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan modern seperti paham metafisik, filsafat Timur
Kuno, Transendentalisme, Spiritualisme, Christian Science, dan sebagainya.
Perkembangan awal aliran ini muncul di kawasan
California, Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Tokoh utama paling
berpengaruh yaitu Baba Ram Dass atau nama lahirnya Richard Albert yang berdarah
Yahudi. Tokoh lainnya yang ambil andil sesuai urutan masanya yaitu Marilyn
Ferguson, David Spangler, Judith Skutch, dan Shirley Maclaine. Menurut Winker (1994:184)
bahwa tokoh yang paling berpengaruh saat ini adalah Dr. M. Scott Peck dan
Matthew Fox.
Semua tokoh di atas mempunyai penekanan khusus
terhadap setiap pokok ajarannya masing-masing. Umumnya mereka selalu menekankan
ajarannya seputar kehidupan yang akan datang. Untuk mencapai hal itu, maka pendekatan
pada kemampuan pengetahuan atau otak manusia yang selalu dikedepankan. Dengan
demikian, manusia dapat mengetahui segala gejala yang terjadi di sekitarnya
melalui kemampuan daya pikirnya.
Keberadaan aliran ini di Indonesia tentu tidak sesubur
aliran gereja lain yang mendapat tempat di hati masyarakat Kristen pada
khususnya. Salah satu aliran GZB yang mudah dikenal adalah Gereja Kristus
Penginjilan Nusantara (GKPN) di Jakarta. Pergerakan mereka tidak kelihatan
karena lebih menekankan pada penyebaran tratat, majalah, lokakarya, seminar,
persekutuan, meditasi, dan memakai Alkitab sebagai legalitas ajarannya.
Q.
Aliran-aliran
Lainnya
Selain aliran-aliran yang sudah diuraikan di atas,
tentu masih banyak aliran gereja yang menyebut dirinya bagian dari kekristenan
atau agama Kristen. Beberapa tahun lalu hingga hari ini terdengar selentingan
aliran Children of God dan The Satanic Church sudah masuk wilayah
Indonesia (Makkelo, 2010:153). Desas-desus ini awalnya terdengar sanyup namun
kian lama gejolaknya semakin mengkuatirkan seluruh masyarakat Kristen. Keberadaan
mereka pun sulit dilacak karena berbaur dengan masyarakat Kristen, Lebih
menyedihkan lagi sebagian anggota jemaat dari beberapa gereja sudah menjadi
anggotanya.
Asal-usul berbagai aliran gereja ini secara singkat
diuraikan pada tabel di bawah ini.
No
|
Aliran
|
Asal Aliran
|
Tokoh Pendiri
|
Tahun
|
1
|
Lutheran
|
Gereja Katolik Roma (GKR)
|
Marthin Luther
|
1517
|
2
|
Calvinis
|
GKR
|
Johanes Calvin
|
1534
|
3
|
Anglican
|
GKR
|
Raja Henri VIII
|
1547
|
4
|
Mennonit
|
GKR &
Anabaptis
|
Menno Simons
|
1537
|
5
|
Baptis
|
Mennonit
|
John Smyth
|
1609
|
7
|
Methodist
|
Anglican
|
John Wesley
& Charles Wesley
|
1787
|
8
|
Pentakosta
|
Methodist
|
Ch. F. Parham
|
1900
|
9
|
Kharismatik
|
Episcopal
|
Dennis
Bennett
|
1960
|
10
|
Injili
|
Berbagai
aliran
|
Billy Graham,
dll
|
1930
|
11
|
Bala
Keselamatan
|
Methodist
|
William Both
|
1878
|
12
|
Adventis
|
Methodist
& Berbagai aliran
|
Ellen G.
White
|
1844
|
13
|
Saksi Jehova
|
Presbyterian
& Adventis
|
Charles Taze
Russel
|
1879
|
14
|
Mormon
|
Presbyterian
& Metodis
|
Joseph Smith
|
1830
|
15
|
Christian
Science
|
Calvinis
|
Mary Morse
Baker
|
1879
|
16
|
Scientology
|
Christian
Science
|
Lafayette
Ronald Hubbard
|
1954
|
17
|
New Age
Movement
|
Yahudi &
Scientology
|
Richard
Albert
|
1960
|
Kewaspadaan terhadap aliran baru atau pun aliran yang
mengatasnamakan denominasi gereja tertentu seharusnya menjadi tanggung jawab semua
pihak. Setiap pemimpin gereja, pemerintah, dan orang Kristen secara keseluruhan
harus semakin arif, bijaksana, dan aktif dalam menjaga kesatuan gereja Tuhan.
Apabila hal ini dipandang sebelah mata, maka dapat dipastikan aliran baru yang
terdengar sanyup selama ini akan terang-benderang. Kehadiran mereka sangat berpotensi
merusak segala lini gereja yang sudah ada. Gejala yang ditimbulkan pun menjadi
sarana bagi agama lain untuk menyalahkan agama Kristen secara keseluruhan.
Berdasarkan sejarah perjalanan aliran dan denominasi
gereja di seluruh dunia pada awalnya dilarang oleh pemerintah. Dengan segala
upaya akhirnya mendapatkan tempat di hati masyarakat serta mendapat ijin dari pemerintah.
Jika fenomena ini tidak diantisipasi maka kesatuan dan persatuan gereja tidak pernah
terwujud. Perpecahan gereja akan terus bertambah dari setiap masanya.
Bertambahnya aliran gereja bukan satu-satunya strategi dalam pemberitaan Injil.
Justru berbagai konflik, rasa tidak puas terhadap kebijakan para pemimpin
gereja, suasana bergereja tidak nyaman, dan motivasi yang salah dari setiap
anggota jemaat semakin nyata. Munculnya aliran dan denominasi gereja merupakan akibat
dari tidak pernah merasa puas terhadap gereja sebelumnya.
Terima kasih. baik utk materi ajar katekisasi
BalasHapus