Kita patut mengucapkan syukur kepada Allah
Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal) atas anugerah dan
kesempatan yang diberikan bagi kita, sehingga ada waktu menerima berita
sukacita dari Injil sampai hari ini. Dengan pemahaman Injil yang benar maka dapat membuat kita mengerti jalan
keselamatan serta sekaligus menjadi alat bagi Dia untuk menyelamatkan orang
lain. Hampir semua
daerah, suku, bahasa, budaya, dan golongan masyarakat di Indonesia telah
mendengar Injil. Dapat dikatakan bahwa pemberitaan Injil telah nyata mengalami pertumbuhannya selama
ini.
Tidak semua orang atau bangsa yang
dapat memiliki kesempatan untuk menerima Injil. Oleh karena itu, ketika ada kesempatan untuk mendengar Injil yang
disampaikan oleh seseorang atau melalui sarana penginjilan lainnya, janganlah
keraskan hatimu!? Terimalah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu secara pribadi
dengan tetap menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan di dalam gereja-Nya.
Seiring pertumbuhan pekabaran Injil
tersebut maka berbagai aliran dan denominasi
gereja pun mengalami
peningkatan.
Melihat kondisi
ini menunjukkan
bahwa gereja-gereja di Indonesia telah mengalami perpecahan (skisma). Fenomena
yang sama pula terjadi di gereja-gereja belahan dunia lainnya. Penyebab utama perpecahan
gereja ini pada umumnya karena perbedaan doktrin, sistem kepemimpinan, strategi penginjilan,
dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan semacam inilah yang menimbulkan reaksi dari setiap pemimpin gereja dan beberapa
orang Kristen tidak mau menerima keberadaan gereja yang baru atau pun
gereja yang sudah
ada sebelumnya. Mereka saling mempertahankan keeksistensi gerejanya
masing-masing serta merasa
dirinya paling benar dan alkitabiah.
Ketika gereja kehilangan jati
dirinya sebagai lembaga agama atau lembaga kerohaniaan, maka pada saat itulah
kekuasaan, hegemoni, penindasan, kebohongan, dan keserakahan semakin tumbuh
subur serta menggerogoti seluruh sendi-sendi kehidupan iman umat Kristen. Segala bentuk kebijakan pemimpin gereja
menjadi sumber
konflik, baik dalam
gereja itu sendiri maupun terhadap aliran dan denominasi gereja lain. Akibatnya
situasi ini dapat dipakai oleh pihak tertentu untuk mengadu domba umat Kristen.
Alasan retorika banyaknya aliran dan denominasi gereja sering
dijadikan pembenaran dalam konteks pemberitaan Injil. Strategi ini dianggap
mampu dan cepat dalam menyampaikan berita sukacita ini. Tentu alasan ini tidak
benar jika melihat pertumbuhan umat Kristen sampai saat ini. Dalam kenyataannya
umat Kristen belum mengalami peningkatan yang signifikan. Justru saling
“mencuri” anggota jemaat dari gereja lain. Metode penginjilan yang dilakukan kadang
bertentangan dengan Alkitab serta menyinggung
organisasi gereja
lain. Konsep berpikir seperti ini sangat tidak relevan dengan harapan dan
tujuan Tuhan Yesus dalam melaksanakan tugas Amanat Agung itu sendiri. Dia
menghendaki agar pemberitaan
Injil dilakukan
secara benar tanpa harus ada aliran dan denominasi gereja yang banyak.
Apabila kita semua setuju bahwa gereja
selama ini baik di Indonesia maupun di luar negeri telah mengalami perpecahan yang besar. Padahal kita tahu bahwa agama Kristen Protestan masih dalam satu
agama, Alkitabnya
secara keseluruhan masih sama, Tuhan yang disembah adalah Allah Tritunggal. Marilah kita berjuang bersama untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam gereja Tuhan. Jangan lagi kita menambah
aliran dan denominasi gereja baru, melainkan berusaha untuk menyatukannya kembali. Setiap
kita harus bisa menerima
perbedaan yang ada sebagai langkah menuju kebersamaan. Marilah bersama-sama mulai mewujudkan
kebersamaan dan kesatuan itu dalam hal yang kecil menuju pada kesempurnaan yang
dikehendaki oleh Kristus.
Semua harapan ini tidak akan
terwujud apabila pribadi
tiap pemimpin gereja telah tertanam sikap
egosentris. Mereka tidak
pernah mengindahkan Doa Agung Tuhan Yesus yang
menghendaki agar gereja-Nya
tetap bersatu. Yesus terus berdoa sampai kini supaya gereja-Nya bersatu di dalam kepelbagaian yang ada
sebelum kedatangan-Nya kembali. Keesaan gereja Tuhan mutlak harus
diwujudkan tanpa
meninggalkan misi utama yaitu memberitakan Injil yaitu kabar sukacita kepada semua orang di seluruh dunia.
Marilah kita bertobat kepada Allah atas apa yang
kita lakukan selama ini dalam gereja-Nya. Marilah kita memberitakan Injil dengan
cara yang benar dan elegan, sehingga hormat dan kemuliaan hanya bagi Allah. Bukan keegoisan pribadi, apalagi
menonjolkan
aliran dan denominasi gereja masing-masing. Dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan
gereja Kristus di seluruh Indonesia tentu bukanlah hal yang mudah. Akan
tetapi, sebagai orang percaya harus memiliki kerinduan dan keyakinan akan
kesatuan gereja Tuhan tersebut. Bukan saja di Indonesia tetapi juga di seluruh
dunia. Oleh karena itu,
beberapa pokok pikiran yang perlu kira renungkan secara bersama-sama, yaitu:
1.
Setiap pemimpin gereja mulai dari Pendeta, Penginjil,
Mejelis Jemaat, dan Majelis Sinode harus memahami dan mengerti akan tugas
panggilannya di dalam gereja. Setiap unsur ini harus melaksanakan tugasnya sesuai
dengan fungsinya masing-masing dan bukan karena memiliki kekuasaan semata. Pemahaman yang benar akan tugas panggilan itu menjadikan gereja
sebagai lembaga spiritual yang harmonis di dunia ini.
2.
Setiap pemimpin dari aliran dan denominasi gereja harus
menjunjung tinggi nilai kesatuan atas gereja-Nya sebagaimana doa Tuhan Yesus.
Dengan demikian, setiap pemimpin dapat menerima dan menghargai berbagai
perbedaan yang terdapat pada gereja lain.
3.
Setiap Pendeta ataupun Penginjil harus memiliki tingkat
pendidikan teologi yang diakui oleh pemerintah sebagai standar awal dalam
menggembalakan jemaat menuju keesaan gereja-Nya. Tanpa pengetahuan yang benar maka pemaknaan
terhadap isi Alkitab pasti menyimpang. Akibatnya, aliran dan denominasi gereja
akan semakin bertambah banyak.
4.
Setiap Pendeta ataupun Penginjil harus selalu
mengumandangkan persatuan dan kesatuan gereja Tuhan pada setiap tema
pemberitaan Firman Tuhan. Dengan gema persatuan dan kesatuan inilah tidak ada
celah bagi golongan atau kelompok masyarakat tertentu yang mempergunakan
perpecahan gereja sebagai arena politik dan kekuasaan.
5.
Apabila pemimpin gereja ataupun umat Kristen memiliki
talenta khusus dalam pelayanan gereja, maka sebaiknya bergabung dengan gereja
yang sudah ada. Sebaliknya, gereja yang sudah ada harus bisa mengakomodir dan
menerima kelebihan dari seseorang untuk menunjang pelayanan gereja tersebut.
6.
Setiap pemimpin gereja dan orang Kristen, baik yang ada di
Indonesia maupun di luar negeri semakin sadar dan bertanggung
jawab untuk menyatukan aliran dan denominasi gereja yang sudah terpecah-pecah. Tuhan Yesus tidak menghendaki
gereja-Nya terpecah-pecah dalam berbagai aliran dan denominasi.
7.
Pemerintah terkait serta lembaga PGI harus berperan aktif
untuk mencari solusi agar gereja dapat bersatu di seluruh Indonesia. Salah satu
cara yang harus ditempuh adalah membatasi penambahan aliran dan denominasi
gereja, sehingga meminimalkan perpecahan dalam agama Kristen pada masa-masa
yang akan datang.
Dengan demikian, buku ini diharapkan dapat menjadi
sarana yang dipakai oleh Tuhan untuk memberikan pencerahan serta pengertian tentang betapa
pentingnya persatuan dan kesatuan dalam gereja-Nya. Sebelum gereja semakin banyak mengalami
perpecahan maka kita harus bertanggung jawab untuk menyatukannya kembali. Terwujudnya keesaan dalam gereja-Nya hanya
ditujukan untuk pujian,
hormat, dan kemuliaan bagi Kristus sampai selama-lamanya. Marilah kita
semua bersatu sebelum Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya. Soli Deo Gloria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar