Gereja Pecah

Gereja Pecah

Sabtu, 29 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan sejarah perjalanan bangsa ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun agama yang telah diakui oleh pemerintah merupakan hasil ciptaan orang Indonesia secara langsung. Semua agama yang sudah ada saat ini seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu merupakan produk dari negara-negara Eropa, Amerika, Australia, Arab, dan sebagainya. Dalam penyebarannya di Indonesia tentu dilakukan oleh orang-orang pribumi yang dibantu oleh para tokoh-tokoh agama dari negara tersebut. Jumlah agama ini kemungkinan akan terus bertambah.
Agama Kristen yang dahulu disebut Kristen Protestan merupakan hasil pelayanan para misionaris dari beberapa negara seperti Belanda, Jerman, Amerika, Inggris, Korea, dan Australia yang sengaja datang ke Indonesia. Keberadaan gereja Tuhan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan gereja-gereja yang ada di luar negeri. Hal ini tidak terlepas dari peran para misionaris dari berbagai aliran, denominasi, yayasan kristiani, dan lembaga sosial lainnya yang terbeban menunaikan misi Amanat Agung Tuhan Yesus yaitu memberitakan Injil ke seluruh dunia.
Di balik penjajahan Belanda selama kurang lebih 350 tahun tentunya memberi pengaruh yang besar atas perkembangan agama Kristen di Indonesia. Sebelum peristiwa penjajahan itu berlangsung, agama Kristen sudah ada khususnya di daerah Barus, Sumatera Utara pada abad ke-7 yang dibawa oleh pedagang Nestorian dari Timur Tengah (Aritonang, 2000:11). Bisa dikatakan bahwa agama Kristen merupakan agama pertama dan tertua, selain agama-agama suku lainnya.
Selain pengaruh di atas, agama Kristen juga masuk dan berkembang melalui destinasi pariwisata. Negara kita yang dikenal sebagai negara kepulauan, keanekaragaman budaya, adat istiadat, dan kekayaan sumber daya alam, sehingga memiliki daya Tarik bagi wisatawan mancanegara. Dalam kondisi ini terjadi asimilasi dan akulturasi kebudayaan. Dapat dipastikan para wisatawan yang agama Kristen pun ikut memberi andil serta nuansa kekristenan dalam pertumbuhan pariwisata.
Perkembangan kekristenan di Indonesia tidak terlepas dari peran serta orang pribumi yang beragama Kristen. Jerih payah mereka penting untuk diperhitungkan. Kita perlu belajar dari semangat mereka serta memberi apresiasi atas perjuangannya dalam memberitakan Injil. Tuhan Yesus sangat mengharapkan agar semua orang mendengar kabar sukacita dari-Nya, sehingga semua umat manusia beroleh keselamatan.
Selain semangat di atas, masyarakat Indonesia yang pergi keluar negeri untuk melanjutkan studi baik pendidikan sekuler maupun teologi ikut ambil bagian dalam pertumbuhan kekristenan di Indonesia. Tak terkecuali mereka yang bekerja di luar negeri selama beberapa tahun. Ketika mereka kembali ke daerahnya masing-masing ikut serta membawa perubahan dan perkembangan terhadap agama Kristen. Bahkan sebagian mereka terpengaruh atau membawa aliran dan denominasi gereja baru.
Perkembangan kekristenan tidak terlepas dari jerih lelah orang-orang Kristen terdahulu. Kita perlu belajar dari semangat mereka serta memberikan apresiasi atas perjuangannya dalam memberitakan Injil. Tuhan Yesus sangat mengharapkan agar semua orang mendengar kabar sukacita dari-Nya dan mereka beroleh keselamatan kekal.
Di balik perkembangan gereja saat ini, ternyata segudang permasalahan pun ikut mengalami peningkatan. Tingkat kepercayaan masyarakat Kristen terhadap gereja sebagai lembaga spiritual semakin menurun. Kesatuan dan persatuan di antara para pemimpin gereja sangat sulit terwujud. Ditambah lagi, ada beberapa dari pemimpin ini tidak memiliki integritas sebagai pelayan dan teladan bagi umat Tuhan.  
Berbagai aliran dan denominasi gereja bermunculan pada setiap wilayah di Indonesia. Fenomena ini menunjukkan bahwa sesungguhnya gereja telah mengalami perpecahan. Pada awal kekristenan hanya dikenal adanya satu agama atau gereja Katolik. Kemudian terbagi menjadi agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Dalam perjalanan waktu yang panjang, agama Kristen Protestan terbagi-bagi dalam berbagai aliran dan denominasi gereja sampai saat ini. Berdasarkan fakta itu gereja menunjukkan dirinya telah terpecah-pecah dalam beberapa aliran dan denominasi gereja yang berbeda-beda.
Sebagian besar pemimpin gereja menganggap bahwa pertambahan aliran dan denominasi gereja tidak dapat dikategorikan sebagai perpecahan gereja. Dengan banyaknya aliran dan denominasi gereja adalah sebuah strategi penginjilan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau jiwa-jiwa baru dalam rangka meningkatkan jumlah orang Kristen. Pendapat ini tentu sangat tidak relevan apabila melihat pertambahan jumlah orang Kristen di Indonesia saat ini. Jumlah orang Kristen yang baru percaya belum mengalami peningkatan yang signifikan. Dapat dikatakan bahwa jumlah orang Kristen masih sedikit.
Ada beberapa aliran dan denominasi gereja yang mengklaim bahwa gereja yang dipimpinya telah mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan yang dimaksud hanya dilihat secara kuantitas dan bukan kualitas. Pertumbuhan semacam ini biasanya diukur dengan bertambahnya jumlah orang yang beribadah di gerejanya. Secara jujur harus diakui bahwa pertambahan jumlah anggota dalam sebuah gereja sebagian besar berasal dari aliran atau denominasi gereja lain yang ada di sekitarnya. Orang Kristen kembali menjadi orang Kristen. Dengan perkataan lain, “memancing di kolam atau aquarium gereja lain”.
Perpecahan gereja yang terjadi sampai saat ini tentu tidak terlepas dari pengaruh setiap pemimpin gereja dan anggotanya. Sebagian besar pemimpin gereja haus dengan kekuasaan, kedudukan, dan bahkan melakukan korupsi dalam gereja. Sebagai lembaga dan pemimpin rohani tentu sikap semacam ini tidak dibenarkan. Akibatnya ada jemaat yang kritis kemudian keluar dari gereja tersebut. Dalam kondisi ini biasanya baik pemimpin gereja ataupun jemaatnya berusaha membentuk aliran dan denominasi gereja baru.
Dalam menyingkapi realitas semacam ini maka beberapa pertanyaan mendasar yang harus dijawab dan direnungkan kembali oleh setiap pemimpin gereja di dunia ini. Apakah penginjilan dalam rangka menjalankan tugas Amanat Agung Tuhan Yesus hanya dapat dicapai dengan membuat aliran dan denominasi gereja sebanyak-banyaknya? Mengapa Tuhan Yesus terus mendokan gereja-Nya sampai kini agar tetap bersatu sebelum Dia datang kembali? Mengapa aliran dan denominasi gereja tidak saling menerima padahal Yesus Kristus, Alkitab, dan agamanya sama? Untuk dapat menjawab semua pertanyaan di atas perlu kerendahan hati dari setiap pemimpin gereja dan orang Kristen secara keseluruhan. Apakah yang dilakukan selama ini sesuai dengan kehendak Kristus atau kehendak diri sendiri!
Melalui buku yang berjudul “Gereja Pecah!” ini dapat memberikan informasi dan pencerahan tentang kondisi gereja saat ini. Konsep “Gereja Pecahmerupakan sesuatu yang baru dan menarik untuk dibaca dalam rangka merefleksikan kembali kisah perjalanan kekristenan hingga kini. Meskipun perpecahan gereja sudah berlangsung sejak jaman Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan sampai pada era globalisasi saat ini. Dalam buku ini menyajikan berbagai konsep dan ide dalam rangka menyatukan gereja di seluruh Indonesia dan dunia.
Topik ini diangkat sebagai bentuk keprihatinan penulis terhadap kondisi gereja-gereja yang sudah dan sedang berkembang di Indonesia pada khususnya dan dunia secara keseluruhan. Perpecahan gereja semacam ini telah jauh dari harapan dan tujuan Tuhan Yesus yang telah berkorban di atas kayu salib untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Yesus menghendaki agar adanya persatuan dan kesatuan di dalam gereja-Nya sampai Dia datang kembali.

Berdasarkan realita di atas, maka buku ini ditulis dengan tujuan untuk memamparkan faktor-faktor dan berbagai aspek penting lainnya yang membuat gereja mengalami perpecahan. Dalam menyelesaikan masalah agama sangat diperlukan pendekatan sosial-budaya. Pendekatan ini jangan dianggap tabu dan merasa mencemarkan agama atau persoalan perpecahan gereja ini. Selain itu, beberapa konsep dan teori dari para teolog ikut ambil bagian dalam membedah persoalan ini. Akan tetapi, solusi praktis yang alkitabiahlah yang menjadi prioritas utama. Dengan demikian, doa Agung Tuhan Yesus tentang persatuan dan kesatuan gereja-Nya dapat diwujudkan melalui pribadi pemimpin gereja, para teolog, para ilmuan sosial, pemerintah terkait, organisasi oikumenis, dan orang Kristen di seluruh dunia.

1 komentar:

  1. Syalom Pak Dermawan Waruwu, terimakasih karena telah membagikan buku Bapak secara gratis online. Sangat mencerahkan. Jika Bapak tidak keberatan saya ingin posting link ini pada wall facebook saya agar berkatnya dapat dirasakan lebih banyak orang lagi demi persatuan (denominasi) gereja untuk mewartakan Kabar Baik. Hormat saya : Samuel Hutagalung

    BalasHapus