Berdasarkan sejarah perjalanan
bangsa ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun
agama yang telah diakui oleh pemerintah merupakan hasil ciptaan orang Indonesia secara langsung. Semua agama yang sudah ada saat ini seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Kong Hu Chu merupakan produk dari negara-negara Eropa, Amerika, Australia, Arab, dan sebagainya. Dalam penyebarannya di
Indonesia tentu dilakukan oleh orang-orang pribumi yang dibantu oleh para
tokoh-tokoh agama dari negara tersebut. Jumlah agama ini kemungkinan akan terus
bertambah.
Agama Kristen yang dahulu disebut Kristen Protestan merupakan hasil pelayanan para misionaris dari beberapa negara seperti
Belanda, Jerman, Amerika, Inggris, Korea, dan Australia yang sengaja datang ke
Indonesia. Keberadaan gereja Tuhan ini merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari perkembangan gereja-gereja yang ada di luar negeri. Hal ini tidak
terlepas dari peran
para misionaris dari berbagai aliran, denominasi, yayasan kristiani, dan
lembaga sosial lainnya yang terbeban menunaikan misi Amanat Agung Tuhan Yesus yaitu
memberitakan Injil ke seluruh dunia.
Di balik penjajahan Belanda selama kurang
lebih 350 tahun tentunya memberi pengaruh yang besar atas perkembangan agama
Kristen di Indonesia. Sebelum peristiwa penjajahan itu berlangsung, agama
Kristen sudah ada khususnya di daerah Barus, Sumatera Utara pada abad ke-7 yang
dibawa oleh pedagang Nestorian dari Timur Tengah (Aritonang, 2000:11). Bisa
dikatakan bahwa agama Kristen merupakan agama pertama dan tertua, selain
agama-agama suku lainnya.
Selain pengaruh di atas, agama
Kristen juga masuk dan berkembang melalui destinasi pariwisata. Negara kita yang
dikenal sebagai negara kepulauan,
keanekaragaman budaya, adat istiadat, dan kekayaan sumber daya alam, sehingga memiliki daya Tarik bagi
wisatawan mancanegara. Dalam kondisi ini terjadi asimilasi dan akulturasi kebudayaan.
Dapat dipastikan para wisatawan yang agama Kristen pun ikut memberi andil serta
nuansa kekristenan dalam pertumbuhan pariwisata.
Perkembangan kekristenan di
Indonesia tidak terlepas dari peran serta orang pribumi yang beragama Kristen.
Jerih payah mereka penting untuk diperhitungkan. Kita perlu belajar dari
semangat mereka serta memberi apresiasi atas perjuangannya dalam memberitakan
Injil. Tuhan Yesus sangat mengharapkan agar semua orang mendengar kabar
sukacita dari-Nya, sehingga semua umat manusia beroleh keselamatan.
Selain semangat di atas, masyarakat
Indonesia yang pergi keluar negeri untuk melanjutkan studi baik pendidikan
sekuler maupun teologi ikut ambil
bagian dalam pertumbuhan kekristenan di Indonesia. Tak terkecuali mereka yang bekerja
di luar negeri selama beberapa tahun. Ketika mereka kembali ke daerahnya
masing-masing ikut serta membawa perubahan dan perkembangan terhadap agama
Kristen. Bahkan sebagian mereka terpengaruh atau membawa aliran dan denominasi
gereja baru.
Perkembangan kekristenan tidak
terlepas dari jerih lelah orang-orang Kristen terdahulu. Kita perlu belajar dari
semangat mereka serta memberikan
apresiasi atas perjuangannya dalam memberitakan Injil. Tuhan Yesus sangat mengharapkan agar semua orang mendengar
kabar sukacita dari-Nya dan mereka beroleh keselamatan kekal.
Di balik perkembangan gereja saat ini, ternyata segudang permasalahan pun ikut
mengalami peningkatan.
Tingkat kepercayaan masyarakat Kristen terhadap gereja sebagai lembaga
spiritual semakin menurun. Kesatuan dan persatuan di antara para pemimpin
gereja sangat sulit terwujud. Ditambah lagi, ada beberapa dari pemimpin ini tidak
memiliki integritas sebagai pelayan dan teladan bagi umat Tuhan.
Berbagai aliran dan denominasi
gereja bermunculan pada setiap wilayah di Indonesia. Fenomena ini menunjukkan bahwa sesungguhnya gereja telah
mengalami perpecahan. Pada awal kekristenan hanya dikenal adanya satu agama atau gereja Katolik. Kemudian
terbagi menjadi agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Dalam perjalanan
waktu yang panjang, agama
Kristen Protestan terbagi-bagi dalam berbagai aliran dan denominasi
gereja sampai saat ini. Berdasarkan fakta itu gereja menunjukkan dirinya telah
terpecah-pecah dalam beberapa aliran dan denominasi gereja yang berbeda-beda.
Sebagian besar pemimpin gereja menganggap bahwa pertambahan aliran dan denominasi
gereja tidak dapat
dikategorikan sebagai perpecahan gereja. Dengan banyaknya aliran dan denominasi
gereja adalah sebuah strategi
penginjilan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau jiwa-jiwa baru dalam rangka meningkatkan jumlah orang Kristen. Pendapat ini tentu sangat tidak relevan apabila melihat
pertambahan jumlah orang Kristen di Indonesia saat ini. Jumlah orang Kristen
yang baru percaya belum mengalami peningkatan yang signifikan. Dapat dikatakan
bahwa jumlah orang Kristen masih sedikit.
Ada beberapa aliran dan denominasi
gereja yang mengklaim bahwa gereja yang dipimpinya telah mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan yang dimaksud hanya dilihat secara kuantitas dan bukan kualitas.
Pertumbuhan semacam ini biasanya diukur dengan bertambahnya jumlah orang yang
beribadah di gerejanya. Secara jujur harus diakui bahwa pertambahan jumlah
anggota dalam sebuah gereja sebagian besar berasal dari aliran atau denominasi gereja lain yang ada di
sekitarnya.
Orang Kristen
kembali menjadi orang Kristen. Dengan perkataan lain, “memancing di kolam atau aquarium
gereja lain”.
Perpecahan gereja yang terjadi
sampai saat ini tentu tidak terlepas dari pengaruh setiap pemimpin gereja dan anggotanya.
Sebagian besar pemimpin gereja haus dengan kekuasaan, kedudukan, dan bahkan
melakukan korupsi dalam gereja. Sebagai lembaga dan pemimpin rohani tentu sikap
semacam ini tidak dibenarkan. Akibatnya ada jemaat yang kritis kemudian keluar
dari gereja tersebut. Dalam kondisi ini biasanya baik pemimpin gereja ataupun
jemaatnya berusaha membentuk aliran dan denominasi gereja baru.
Dalam menyingkapi realitas semacam
ini maka beberapa
pertanyaan mendasar yang harus dijawab dan direnungkan kembali oleh setiap pemimpin gereja di dunia ini. Apakah penginjilan dalam rangka
menjalankan tugas Amanat Agung Tuhan Yesus hanya dapat dicapai dengan membuat
aliran dan denominasi gereja sebanyak-banyaknya? Mengapa Tuhan Yesus terus mendokan gereja-Nya sampai kini agar tetap bersatu sebelum Dia datang
kembali?
Mengapa aliran dan denominasi gereja tidak saling menerima padahal Yesus Kristus,
Alkitab, dan agamanya sama? Untuk dapat menjawab semua pertanyaan di atas perlu
kerendahan hati dari setiap pemimpin gereja dan orang Kristen secara
keseluruhan. Apakah yang dilakukan selama ini sesuai dengan kehendak Kristus
atau kehendak diri sendiri!
Melalui buku yang berjudul “Gereja Pecah!” ini dapat memberikan
informasi dan pencerahan tentang kondisi gereja saat ini. Konsep “Gereja Pecah” merupakan sesuatu yang baru dan menarik untuk dibaca dalam
rangka merefleksikan kembali kisah perjalanan kekristenan hingga kini. Meskipun perpecahan gereja sudah
berlangsung sejak jaman Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan sampai
pada era globalisasi saat ini. Dalam buku ini menyajikan berbagai konsep dan
ide dalam rangka menyatukan gereja di seluruh Indonesia dan dunia.
Topik ini diangkat sebagai bentuk keprihatinan penulis terhadap kondisi gereja-gereja yang sudah dan sedang berkembang di Indonesia pada
khususnya dan dunia secara keseluruhan. Perpecahan gereja semacam ini telah jauh dari harapan dan
tujuan Tuhan Yesus yang telah berkorban di atas kayu salib untuk
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Yesus menghendaki agar adanya persatuan dan kesatuan di dalam gereja-Nya sampai Dia datang
kembali.
Berdasarkan realita di atas, maka buku ini ditulis dengan tujuan untuk
memamparkan faktor-faktor dan berbagai aspek penting lainnya yang membuat gereja mengalami
perpecahan. Dalam menyelesaikan masalah agama
sangat diperlukan pendekatan sosial-budaya. Pendekatan ini jangan dianggap tabu
dan merasa mencemarkan agama atau persoalan perpecahan gereja ini. Selain itu,
beberapa konsep dan
teori dari para teolog ikut ambil bagian dalam membedah persoalan ini. Akan
tetapi, solusi praktis yang alkitabiahlah yang menjadi prioritas utama. Dengan demikian, doa Agung Tuhan Yesus tentang persatuan dan kesatuan gereja-Nya dapat diwujudkan melalui
pribadi pemimpin gereja, para teolog, para ilmuan sosial, pemerintah terkait,
organisasi oikumenis, dan orang Kristen di seluruh dunia.
Syalom Pak Dermawan Waruwu, terimakasih karena telah membagikan buku Bapak secara gratis online. Sangat mencerahkan. Jika Bapak tidak keberatan saya ingin posting link ini pada wall facebook saya agar berkatnya dapat dirasakan lebih banyak orang lagi demi persatuan (denominasi) gereja untuk mewartakan Kabar Baik. Hormat saya : Samuel Hutagalung
BalasHapus